JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Peduli Terhadap Korban Banjir Bandang, PT Freeport Indonesia (PTFI) bersilaturahami dengan para wartawan bersama keluarga yang merupakan korban bencana alam banjir bandang (16/3).
Dengan mendatangi rumah dan tempat penampungan sementara yang tersebar di Sentani, Manajer Corporate Communication (Corcom) PTFI, Kerry Yarangga sejak Senin (25/3) memulai silaturahmi itu dengan mendatangi keluarga Marcel Kellen, Pemimpin Redaksi Harian “Wone” – salah satu media cetak lokal yang banyak beredar di wilayah Pegunungan Tengah Papua seperti Kabupaten Jayawijaya, Tolikara, Lani Jaya dan kabupaten lainnya di wilayah pegunungan Papua.
Saat tiba di rumah yang dihuni sementara oleh Marsel bersama istri Yulinda dan tiga anak yang masih kecil,Marlin, Imanuel dan Marcelo, Kerry disambut penuh haru. Terlihat bola mata Marsel bersama istrinya berkaca-kaca saat bertemu dan bersalaman, sedangkan suara ucapan Kerry terdengar terbata-bata memberikan ucapan ikut menderita bersama Marsel sekeluarga.
“Pimpinan PT Freeport Indonesia bersama seluruh karyawan ikut merasakan derita yang sedang dialami masyarakat Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura yang dilanda bencana alam banjir bandang, tidak ketinggalan rekan-rekan wartawan dan keluarga yang ikut mengalami penderitaan akibat hempasan arus banjir berlumpur yang melanda wilayah ini,” kata Kerry.
Marsel pun langsung membalas ucapan Kerry ini. “Terimakasih banyak. Tidak diduga-duga, Freeport sebesar ini mau mengutus salah seorang pemimpinnya yang adalah anak asli Papua bertandang di rumah sementara ini. Rumah yang kami tempati ini, bukan rumah kami, rumah kami sudah digenangi air berlumpur,” kata Marsel.
Menurut Kerry, para wartawan ini, hampir setiap hari bertemu dan ditemui oleh pimpinan serta karyawan PTFI terutama untuk berbagai infromasi yang terkait dengan operasi perusahaan tambang mineral tembaga, perak dan emas di wilayah Kabupaten Mimika. Sampai kapanpun dan dimanapun, wartawan adalah saudara, sahabat dan mitra PTFI.
Setelah saling bersalaman, Kerry dipersilahkan duduk di pekarangan rumah itu. Tidak lebih dari dua menit, ibu Yulinda istri Marsel mulai berkisah tentang awal pelarian mereka sekeluarga dari kediaman mereka untuk menyelamatkan diri dan barang-barang seperlunya yang masih dapat diselamatkan.
“Saai itu, secara mendadak, kami mendengar ada suara gemuruh di atas gunung Cyclop. Terlihat juga tetangga mulai panik mendengar suara gemuruh itu. Secara spontan ada gerakan dari dalam hati untuk segera meininggalkan rumah. Tindakan paling pertama adalah menyelamatkan diri dan anak-anak. Karena itu, kami pun bergegas meninggalkan rumah,” kata Yulinda dengan suara sedih mengenang hari-hari buruk dalam hidup mereka..
Walaupun hanya berhasil menyelamatkan diri dan barang-barang penting seadanya, lanjut Yulinda, mereka sekeluarga benar-benar merasa bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk hidup lebih lama lagi di muka bumi ini.
“Walaupun barang-barang perabot rumah, pakaian dan lainnya hancur berantakan dan rumah yang dilanda banjir berlumpur ini tidak mungkin dapat dihuni lagi, asalkan nyawa kami dapat selamat berkat kebaikan Tuhan. Keselamatan nyawa terjadi, karena kami tidak pernah meninggalkan doa,” katanya.
Rumah keluarga Marsel bersama sekitar 10 rekan wartawan lainnya saat terjadi banjir bandang yang melanda Sentani dan sekitarnya terhempas banjir berlumpur. Saat ini, mereka semua tinggal sementara di rumah-rumah keluarga yang tidak terkena banjir bandang. Ada pula di antara mereka menempati rumah-rumah kosong yang selama ini belum ditempati pemiliknya karena bertugas di daerah pedalaman Papua.
“Untuk sementara waktu, kami tinggal di rumah milik sebuah keluarga yang bertugas di luar kota Sentani. Kami diberi kesempatan oleh pemilik rumah ini untuk menempati rumah yang belum dihuni sebelumnya sampai kami mendapatkan rumah sendiri,” kata Marsel.
Kunjungan silaturahmi Pimpinan Corcom PTFI ini, menurut rencana akan terus berlanjut pada beberapa hari mendatang sebagai ungkapan ikut bersama-sama menderita di dalam situasi dan kondisi alam yang tidak bersahabat dengan manusia akibat rusaknya lingkungan hutan di pegunungan Cyclop sejak beberapa tahun lalu.
“Kami berusaha mengunjungi rekan-rekan wartawan dan keluarganya yang dilanda bencana alam banjir bandang. Apabila masih ada waktu yang cukup, tentu kami akan mengunjungi keluarga wartawan lainnya yang sudah berpindah jauh keluar dari wilayah Sentani. Bagaimanapun juga dan siapapun juga orangnya, hidup ini butuh silaturahmi, saling meneguhkan dan menguatkan terutama di dalam situasi kehidupan yang sulit,” kata Kerry saat berpamitan dengan keluarga Marsel Kellen untuk melanjutkan knjungannya ke keluarga wartawan lainnya.(anto)