Tokoh Adat Jayawijaya, David Hubi Meminta OTSUS Harus Lanjut !

banner 120x600

JAYAPURA , REPORTASEPAPUA.COM –  Tokoh Adat Jayawijaya,  di Kota Jayapura , David M Hubi mengemukakan bahwa masyarakat di wilayah pegunungan tengah Papua sebagian besar masih ‘telanjang’ atau belum menggunakan pakaian sehingga sudah seharusnya Otonomi Khusus (Otsus) dilanjutkan bukan ditolak.

“Saudara-saudara saya, atau masyarakat di gunung itu masih telanjang, ada sekitar 14 hingga 16 kabupaten di sana, sehingga diperlukan pemekaran provinsi dan Otsus harus lanjut agar hal ini bisa diperjuangkan, rakyat bisa sejahterah,” katanya.

Menurutnya Seharusnya warga yang paham bukan menolak Otsus karena Papua butuh sentuhan pembangunan, dimana dengan Otsus berbagai hal kekhususan bisa dilaksanakan, tentunya dengan birokrat yang berkomitmen kuat untuk memajukan daerah dengan kucuran dana yang melimpah, bukan sebaliknya digunakan untuk hal yang bukan tepat sasaran.

“Seharusnya mereka itu, menyampaikan soal kewajiban pemerintah terkait dana Otsus, bukan lainnya. Saya menyarankan agar pemerintah memekarkan provinsi di pegunungan tengah Papua agar Otsus bisa lebih terasa dampaknya, bukan hanya para pejabat saja yang menikmati,” Tambahnya.

Ia mengaku heran dengan sejumlah kalangan yang menyatakan penolakan terhadap Otsus, padahal sejak diberlakukan pada 2001/2002 hingga kini, mereka juga sudah pasti menikmati dana hingga ratusan triliunan dari pemerintah pusat.

“Kok aneh-aneh bisa menolak Otsus? Saya selaku orang yang dituakan dan anak gunung, orang tua saya disana masih telanjang. Tapi dengan dana Otsus ini, mereka bisa tahu uang dan berhitung, ini baru Otsus, bagaimana kalau provinsi diberikan, pasti mereka lebih maju,” ungkapnya.

Untuk itu, Hubi meminta kepada para generasi muda untuk memahami atau mengerti hal yang disampaikan tersebut, mengingat beragam pengalaman hidup telah dilalui, apalagi kini dimandatkan sebagai salah satu kepala suku di ibu kota Provinsi Papua, sehingga hal itu patut dipertimbangkan dengan baik dan bijak.

“Selaku orang gunung dimana saja, saya sebagai orang tua bicara hal ini tolong dipahami baik. Karena orang-orang tua yang masih telanjang, tidak bisa baca dan hitung kok bisa tahu, diajak kesana-kesini bisa tahu (ajakan tolak Otsus), ini karena ada yang kurang tepat dalam penyerapan Otsus, ini tolong dipahami,” Tutupnya. (rdk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *