JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Peduli Terhadap Nasib para Honorer K2 dan honorer umum yang ada di Papua, Staf Khusus Presiden, Lenis Kogoya menemui Komisi I DPR Papua yang membidamgi Pemerintahan, Politik, Hukum dan HAM, Selasa (25/6/19).
Kedatangan Staf Khusus Presiden, Lenis Kogoya disambut hangat oleh Anggota Komisi I DPR Papua, Yonas Alfons Nussy, Laurenzus Kadepa, Yon Willy, dan Ronald R Engko serta beberapa staf Komisi, yang kemudian langsung menggelar pertemuan tertutup di ruang Rapat Komisi I DPR Papua untuk membahas nasib honorer di Papua.
Usai pertemuan, Anggota Komisi I DPR Papua, Yonas Alfons Nussy mengatakan, Komisi I yang mempunyai tugas untuk mengawasi jalannya pemerintahan dan bagaimana mengawal aspirasi-aspirasi masyarakat khususnya terkait penerimaan CPNS.
Diakui, dari hasil perjuangan itulah sehingga pihaknya bisa bertemu staf khusus presiden untuk menanyakan beberapa hal teknis menyangkut pengangkatan honorer menjadi pegawai negeri sipil.
“Kita akan tetap kawal aspirasi ini dengan baik sesuai jadwal dari staf khusus presiden dan besok, akan melakukan rapat dengan eksekutif. Kita sama-sama akan hadir dalam rangka memberikan penguatan terhadap eksekutif sehingga dokumen atau verifikasi data honorer yang ada di Papua ini bisa kita selamatkan bersama-sama,” kata Yonas Nusy di ruang rapat Komisi I DPR Papua, usai pertemuan .
Anggota Komisi I lainnya, Laurenzus Kadepa mengatakan hal yang sama, Ia pun mengapresiasi yang sangat tinggi kepada Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Lenis Kogoya. Apalagi pertemuan yang dilakukan ini menghadirkan staf khusus presiden.
Memurut Kadepa, ini pertemuan pertama kalinya dengan Staf Khusus Presiden Lenis Kogoya untuk mendengar semua aspirasi dan keluhan dari masyarakat kepada Komisi I DPR Papua.
“Banyak masalah telah kami bahas dan hal itu sangat berguna buat kita untuk bagaimana kita melangkah ke depan. Jadi apa yang dibicarakan saat ini menjadi beban kita DPR Papua dan beban staf khusus presiden untuk tetap bekerja bersama-sama bagaimana implementasi persoalan ini,” ujar Kadepa.
Sementara itu Staf Khusus Presiden, Lenis Kogoya menjelaskan terkait kedatangannya, karena sebelumnya ia sudah mengirim surat kepada Pemerintah Provinsi untuk menanyakan masalah kesiapan data 12.400 lebih honorer yang telah dilaporkan melalui MRP dan DPR di istana presiden saat rapat.
“Hasil rapat tersebut kami telah merekomendasikan kembali ke DPR melalui Komisi I dan MRP untuk menyiapkan data namun sampai sekarang datanya belum rampung,” kata Lenis.
Dikatakan, pihaknya telah menunggu hingga satu bulan namun di kuatirkan pegawai honorer berkasnya tidak urus. Akhirnya ia memutuskan datang ke Papua dan menyurat ke gubernur Papua diminta untuk mempertemukan membicara hal ini.
“Data sejauh mana yang ada di kabupaten/kota, di provinsi Papua karena sampai detik ini belum ada surat yang resmi dari pemerintah kepada Presiden melalui saya. Misalnya Papua Barat itu jauh-jauh harinya sudah mengirim surat kepada Presiden melalui saya dan jumlah honorernya itu 1000 lebih,” ujarnya.
Dijelaskannya, setelah ia menyerahkan kepada pemerintah Provinsi Papua Barat untuk melakukan rapat, akhirnya jumlah honorer di Papua Barat dibagi dua. Diantaranya sistem penerimaan yang dilakukan yang pertama yaitu usia di bawah 26 sampai 27 tahun ikut sesuai dengan prosedur, dan yang umur 30 ke atas termasuk pada kuota khusus yang diberikan.
“Akhirnya Papua Barat sekarang sudah aman dan sudah selesai pengangkatan honorernya. Semua sudah selesai karena suratnya sudah disampaikan langsung dari gubernur. Tapi untuk Papua saat ini belum ada surat resmi dari gubernur sehingga saat ini, padahal saya sudah menyampaikan surat ke gubernur,” ungkapnya.
Sehingga pada kesempatan ini, Lenis Kogoya meminta bertemu gubernur, DPR Papua, dan MRP di Kantor Gubernur, Rabu (26/6) untuk rapat di ruangan Sekda.
“Hasilnya seperti apa, besok akan kita tahu. Saya berpesan kepada pegawai honorer yang mungkin agar bersabar. Berdoa saja supaya kita akan membantu. Tidak ada yang tertinggal yang penting DPR dan MRP telah mendukung penuh,” tandas Lenis Kogoya. (REDAKSI)