JAYAPURA, Reportasaepapua.com – Ketua Majelis Pemuda Indonesia (MPI), Muhammad Rifai Darus mengecam keras aksi rasisme terhadap mahasiswa Papua yang terjadi di Kota Surabaya dan Malang, belum lama ini.
Dikatakannya, dampak dari aksi rasisme yang terjadi di kedua kota di Provinsi Jawa Timur tersebut cukup menyulut emosi rakyat Papua yang ada di Provinsi Papua dan Papua Barat sehingga berimbas dengan adanya aksi yang demo yang terjadi di Jayapura, Manokwari dan Sorong.
“Analisa saya jika ini tidak diredam secara baik, ini akan menjadi sebuah gerakan spontanitas yang akan terus bergerak dan akan di susupi oleh kelompok-kelompok kepentingan lainnya dan ini sangat berbahaya” katanya di Jayapura, Selasa (20/08).
Oleh sebab itu ia mengimbau kepada Pemerintah Pusat melalului intelegennya harus bergerak lebih leluasa agar mampu mencegah suatu kejadian yang tidak diinginkan. Dia juga menambahkan, semua provinsi yang ada di Indonesia kedepannya harus bisa membuka diri untuk berkomunikasi.
“Jadi harus menyediakan payung sebelum hujan. Hal yang ketiga adalah kita, masyarakat harus pandai-pandai dalam membagikan berita dan informasi kepada khalayak banyak lewat media social yang baik” tukasnya.
Kominfo Jangan Terlalu Lebay
Rifai juga menyampaikan agar Kementerian Komunikasi dan Informatikan (Kemkoninfo) Republik Indonesia jangan terlalu lebay sehingga memutus semua jaringan internet di Papua.
Padahal menurutnya dari kejadian ini semua masyarakat Papua juga membutuhkan informasi yang seimbang dan akurat.
“Untuk Menteri Kominfo juga jangan terlalu lebay memutus semua jaringan internet di Papua. Padahal masyarakat juga perlu mendapatkan informasi yang seimbang. Jangan hanya mengedepankan satu aspek tapi aspek yang lain hilang dan kita tidak bisa mendapatkan informasi yang lebih terang” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan kejadian yang terjadi di Jayapura, Manokwari dan Sorong ini merupakan akumulasi dari berbaia kejadian rasisme yang selama ini terjadi pada seluruh mahasiswa Papua yang sedang menjalankan studi di kota studi di luar Papua.
“Ini adalah akumulasi dari kejadian yang mempertemukan mereka dengan warga selama mereka ada di kota studi, kejadia rasisme ini selalu muncul dan saya kira tahun ini, bom waktu itu meledak sehingga seluruh masyarakat yang ada di Papua bergerak semua” ungkapnya.
Dia menuturkan, untuk menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada di tanah Papua harus ada trik yang lebih khusus yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
“Jadi tidak hanya dengan negosiasi dan bersifat umum tapi harus ada langkah khusus yang dilakukan dan saya kira aparat keamanaan sudah paham itu, tetapi kadang kala mereka yang kemudian melanggar dan mendahului apa yang mereka sudah pahami itu” ungkapnya.
Rifai juga mengatakan, sekalipun puluhan kali Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang ke Papua hal itu tidak akan menyelesaikan masalah yang terjadi di Papua.
“Kecuali beliau datang dengan solusi yang lebih konkrit lagi, rakyat jangan dibohongi terus lah. Dengan pembangunan yang ada, saya kira teman-teman bisa merasakannya” katanya.
Iapun meminta kepada Pemerintah Pusat untuk jujur pada apa yang sudah di bangun di Papua.
“Terhadap apa yang sudah di bangun di Papua jujurlah, jangan belum selesai, kemudian kita menyataka sudag selesai seperti jalan trans Papua sudah clear. Kenyataannya kan belum selesai. Oleh karena itu pak Presiden, saya mengharapkan sebelum memberikan pernyataan sebaiknya mendengarkan juga keterangan dari para pembantu presiden. Karena penyataan dari seorang presiden adalah solusi” tandasnya. (yurie)