NETWORK : RakyatPos | ValoraNews | KupasOnline | TopSumbar | BanjarBaruKlik | TopOne | Kongkrit | SpiritSumbar | Basangek | MenaraInfo | Medikita | AcehPortal | MyCity | Newsroom | ReportasePapua | RedaksiPos | WartaSehat JetSeo
Program KB Masih ditolak di Papua, Sehingga Kepala BKKBN Pusat akan Sesuaikan dengan Kondisi Daerah – Reportase Papua

Program KB Masih ditolak di Papua, Sehingga Kepala BKKBN Pusat akan Sesuaikan dengan Kondisi Daerah

banner 120x600

JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) menegaskan bahwa program kependudukan dan keluarga berencana di Papua tidak membatasi jumlah anak melainkan mengatur jarak kelahiran. Sebab jumlah populasi penduduk di kedua provinsi paling Timur ini sangat kecil, sedangkan wilayah geografisnya sangat luas.

“Kami harus keluarkan kekhususan untuk Papua ini dalam bentuk grand desain dan itu akan kita konekkan dengan Bappenas. Kami membawa konsep bahwa setiap program tidak bisa one size for all, tidak bisa diseragamkan dengan ukuran dari Jakarta. Jadi jumlah anak tidak kami tekankan hanya dua seperti daerah lain. Yang penting atur jarak kelahiran sehingga anak yang lahir maupun ibu yang melahirkan sehat, minimal 3 tahun, maksimal 5 tahun,” kata dr Hasto didampingi Sekretaris Daerah Papua, TEA Hery Dosinaen, S.IP.,M.KP.M.Si dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, SE.M.Si saat memberi keterangan kepada pers di Jayapura, Senin (18/11/2019).

Menurut Hasto, program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Papua janganlah dipersepsikan dengan kontrasepsi dan pembatasan jumlah anak. Bahkan, jikalau memang masyarakat Papua sangat alergi dengan istilah KB karena berkonotasi negatif, ia pun siap mengubahnya dengan nama yang lain seperti Keluarga Sehat atau Keluarga Sejahtera.

“Kami ingin membuat re-branding guna menegaskan bahwa untuk Papua, kami sama sekali tak batasi jumlah anak dalam keluarga. Kami sangat mengerti bahwa Papua tanahnya sangat luas dan penduduknya masih sangat sedikit,” kata Hasto.

Oleh karena itu, Hasto ingin agar Pemerintah Provinsi Papua melalui instansi teknis seperti Bappeda bersinergi dengan BKKBN untuk membuat grand desain pembangunan kependudukan dan keluarga di Provinsi Papua yang berbasis kearifan lokal. Hal ini untuk mengetahui pola populasi penduduk di setiap wilayah di Papua sekaligus menghindari penyeragaman program KB di seluruh Indonesia yang menganut prinsip one size for all.

“Selain itu, di tahun 2020 kita akan lakukan pendataan keluarga melibatkan kader-kader di desa dan kecamatan. Kami ingin me-maping data, KK ini jumlah anaknya berapa. Ini untuk menopang grand desain pembangunan keluarga. Kepentingan kami adalah untuk kesejahteraan keluarga di Papua,” kata Hasto.

Pada kesempatan itu, Hasto juga menegaskan bahwa program Kampung KB yang menjadi salah satu program unggulan BKKBN sejak 2016 akan terus dijalankan. Sebab Kampung KB ini bukanlah kampung kotrasepsi melainkan kampung yang dibangun untuk membuat keluarga sehat dan sejahterah, dimana sejumlah intansi pemerintah dan swasta bersama-sama secara keroyokan membangun kampung itu.

“Dan sesuai visi misi Presiden Jokowi, kampung KB ini kebanyakan yang di wilayah terisolir dan pinggiran. Konsep baru yang ingin kami wujudkan ke depan di Kampung KB adalah center of excellence family happiness. Dulu konsep center of excellence family welfare karena orang masih memikirkan kepentingan perut. Selain itu, ke depan, kami juga akan lakukan rebranding di tingkat pusat dan daerah,” tutur Hasto. (Berti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *