NETWORK : RakyatPos | ValoraNews | KupasOnline | TopSumbar | BanjarBaruKlik | TopOne | Kongkrit | SpiritSumbar | Basangek | MenaraInfo | Medikita | AcehPortal | MyCity | Newsroom | ReportasePapua | RedaksiPos | WartaSehat JetSeo
PON XX Garansi Untuk Duduk Sejajar – Reportase Papua
OPINI  

PON XX Garansi Untuk Duduk Sejajar

banner 120x600

“Kitorang Bisa” adalah Harga Diri

Mengawali tulisan ini, saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman bahwa PON terlaksana di wilayah paling timur Indonesia ini. Papua siap dan mampu menyelenggarakan PON yang jadwal awalnya pada 2020 ditunda karena Indonesia dan dunia sedang dilanda wabah pandemi covid19 sehingga 2 Oktober 2021 terlaksana pembukaannya dengan meriah dan aman walaupun juga tetap dalam kondisi pandemi.

Tidak mudah menggelar PON ditengah pandemi covid ini. Mengacu data Kementerian Kesehatan, cakupan vaksinasi pada empat klaster PON XX Papua 2021 “Harus” sudah lebih dari 50 persen untuk dosis pertama sebagai ambang batas minimal keamanan. Penerapan protokol kesehatan ketat dilakukan panitia sebagai pedoman sebelum dan sesudah acara.

Sejarah terukir di Tanah Papua, pergelaran olah raga empat tahunan terbesar di tanah air bisa terlaksana dengan meriah dan sukses. Sebuah langkah berani ditunjukkan Gubernur Papua, Lukas Enembe yang “tanpa gentar”sedikitpun untuk menjadi tuan rumah. Menjadi tuan rumah yang baik tentu akan melindungi setiap tamunya yang berkunjung untuk merasa aman, nyaman bahkan membuat tersenyum saat tamunya pulang ke rumah masing-masing.

Di PON XX yang dibuka Presiden RI Joko Widodo ini, sejumlah Menteri, Duta Besar Negara-Negara Sahabat, Panglima TNI dan Kapolri,Gubernur, bupati, ketua-ketua cabor di seluruh indonesia, selebritis dan berbagai kelompok masyarakat hadir. Para pejabat tersebut rata-rata hadir sehari sebelum pembukaan PON.

Sebagai wartawan yang sudah 20 tahun di Papua, saya tidak sedang memuji Gubernur Lukas Enembe. Namun semua orang yang hadir di Pembukaan PON XX pasti terharu saat dia mengucapkan “Tangan kami terbuka lebar untuk menyambut sahabat-sahabat semua dan hati kami juga diselimuti penuh oleh kasih untuk menemani setiap detik sahabat semua di tanah Papua” kata Lukas Enembe.

Rangkaian kalimatnya mengirim sebuah kesadaran ke seluruh penjuru Nusantara bahwa masyarakat Papua akan senantiasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia sebab Merah Putih akan selalu terjahit rapi dalam hati dan jiwa Papua.

Berbicara tentang Papua, selalu menarik setiap orang. Faktor keamanan pernah menjadi keraguan pelaksanaan PON XX bagi banyak orang di luar Papua, tetapi tidak bagi Gubernur Lukas Enembe bersama rakyatnya yang lantang membawa jargon “Kitorang Bisa”.

Papua dengan sumber daya alamnya yang melimpah, emas, tembaga, batubara, minyak dan gas bumi juga panorama alamnya yang luar biasa dengan lebih dua ratusan suku dan adat iistiadatnya. Konflik berkepanjangan dari aktifitas KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) menjadi catatan penting bagi Indonesia. Pesan yang ditangkap bahwa rakyat Papua harus sejahtera diatas tanahnya yang kaya. Semua akses harus sama didapatnya secara adil tanpa diskriminasi agar setara dengan saudaranya yang lain.

Ada empat klaster PON XX Papua 2021. Keempatnya meliputi Kota dan Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke. Keempat wilayah tersebut hanya mampu dilalui dengan transportasi udara yang dampaknya pada cost yang tidak murah.

Tonggak sejarah bagi anak cucu kelak, bahwa di Kaldron Stadion Utama Lukas Enembe Papua pernah menyala Api PON XX. Dan sukses PON XX jawaban atas harga diri rakyat Papua.

7 Venue Berstandar Internasional

Terdapat sedikitnya 7 Venue atau lapangan di PON Papua ini yang berstandar internasional. Dibangun dengan anggaran yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) melalui Kementerian PUPR. Diantaranya adalah Venue Cricket dan Lapangan Hoki (Indoor dan outdoor) di Doyo, Sentani. Selanjutnya venue Akuatik dan Istora Papua Bangkit di Kampung Harapan, kemudian tiga venue tambahan yaitu arena Sepatu Roda, Dayung, dan Panahan.

Venue akuatik yang dilengkapi dengan fasilitas full standar internasional menelan dana sebesar Rp 401 miliar. Venue ini telah memperoleh pengakuan dan sertifikasi dari Federasi Renang Internasional (FINA) dan standar Olimpiade pada 27 Juli 2020.

Kedua arena Istora Papua Bangkit menelan anggaran sebesar Rp 275,5 miliar. Proyek ini telah berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk 3 kategori sekaligus. Pertama untuk struktur atap baja lengkung bentang terpanjang, kedua, atap tanpa sambungan dan baut mengerucut terluas berbentuk dome seluas 7300 meter persegi dan terakhir instalasi terpanjang dan diameter terbesar textile duct dengan dimensi ring internal 477 meter, diameter cincin luar sepanjang 70 meter dan diameter cincin dalam sepanjang 56 meter.

Arena kriket dan hoki indoor dan outdoor dibangun dengan anggaran sebesar Rp277 miliar. Berada di atas lahan seluas 2.802 meter persegi. Venue yang berkapasitas tribun 2.585 penonton ini sudah dilengkapi dengan lapangan pemanasan, papan skor LED dan pencahayaan berkekuatan 1.000 lux. Venue ini juga sudah mendapatkan sertifikasi atau akreditasi dari Dewan Cricket Internasional atau International Cricket Council (ICC).

Venue dayung menggunakan biaya Rp 17 miliar. Venue ini memiliki lintasan sepanjang 2.200 meter dan lebar 81 meter (9 lintasan) dengan total luas lintasan 1,7 hektare. Selain itu, juga dilengkapi 8 unit penanda jarak, 8 unit pancang penahan, 2 unit obstacle canoe slalom, menara start seluas 14 m2, 2 unit menara pelurus seluas 9 m2, dan menara pantau sebanyak 5 unit seluas 9 m2. Arena dayung ini sangat menarik dengan panorama Jembatan Merah di Teluk Yotefa.

Arena Sepatu Roda dibangun di atas lahan seluas 26.520 m2 dengan luas bangunan 6.067 m2 di daerah Bumi Perkemahan Waena, Kota Jayapura ini dikatakan Ketua Umum Perserosi Indonesia, Velix Wanggai sebagai arena terbaik kedua se-asia tenggara setelah China.

Arena Panahan dibangun di kawasan kompleks olahraga Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura. Venue ini dibangun di atas lahan seluas 40.863 m2 dan memiliki luas bangunan 1.217 m2 dengan lanskap pegunungan Cycloop yang menjadi daya tarik tersendiri.


Sumber Api PON dari Kilang Minyak Pertama Papua

Kirab api PON dimulai dari Sorong, sebagai sumber minyak dari kilang pertama yang dimiliki Indonesia. Apinya diambil langsung dari lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Lapangan Klamono, milik PT Pertamina EP. Cepu Regional 4 Zona 14 Field Papua. Pengambilan Api PON dititik ini bukan tanpa alasan, karena disinilah dimulai eksplorasi penemuan minyak bumi pertama di bumi Cenderawasih sejak abad ke 19.

Dari Sorong Api PON akan melintasi beberapa wilayah adat diantaranya Biak (Saireri), Timika (Mee Pago), Wamena (La Pago), Merauke (Ha Anim), Kota/Kabupaten Jayapura (Tabi/Mamta) dan akan berlabuh di Lapangan Stadion Utama Lukas Enembe untuk menyala di Kaldron sebagai pembakar semangat seluruh atlet yang bertanding.

Papua Propinsi ke 6 Penyelenggara Pon

Untuk PON XX, Papua mengirim sinyal kepada pemerintah pusat sebuah nilai kebangsaan dan kesetaraan “bahwa Papua mampu” berbuat seperti yang lain, bahkan menjadi propinsi ke 6 diluar pulau Jawa atau propinsi ke 10 seluruh Indonesia yang mampu menyelenggarakan perhelatan akbar olahraga empat tahunan di tanah air ini.

Di pulau Jawa: DKI 9 kali jadi tuan rumah, Jawa Barat 2 kali, Jawa Tengah 1 kali dan Jawa Timur 2 kali.

Di luar pulau Jawa, Sumatera Utara 1 kali, Sumatera Selatan 1 kali, Kalimantan Timur 1 kali, Riau 1 kali, Selawesi Selatan 1 kali dan Papua sendiri yang saat ini tengah berlangsung.  

PON yang menggelar 37 cabang olahraga, 56 disiplin olahraga dengan 679 nomor pertandingan dengan melibatkan sebanyak 10.000 atlet dan ofisial dari 34 provinsi.

Sebuah harga yang tidak murah bagi Papua yang merupakan propinsi ke 10 yang mampu menjadi tuan rumah. Tantangan tersebut dijawab dengan banyaknya venue-venue pertandingan yang megah dan berstandar dunia.

Sejumlah legenda hidup atlet indonesia, terlibat di perhelatan PON Papua dengan membawa kirab Api Abadi. Yayuk Basuki atlet tennis, Pino Bahari tinju, Maria Aibekob loncat indah, dan Franklin R Burumi atletik. Kemudian Taufik Hidayat Badminton dan Lilis Karubaga atlit pencak silat asal Papua Barat. Kartika Monim Atlet Voli, Erni Sokoy atlet dayung. Rully Nere dan dua bersaudara Boaz Solossa, Ortizan Solossa serta Ronni Wabia keempatnya pesepakbola yang pernah membela timnas Indonesia, kecuali Boaz ketiga nama lainnya sudah pensiun dari sepakbola.

Yang tak kalah menarik pembawa api PON lainnya adalah, Enggelbertha Kaize seorang anggota Polisi berpangkat AKP dan kini menjabat Kapolsek Merauke Kota. Dia adalah sosok atlet voli pasir yang pernah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional dengan prestasi terbaiknya di Olimpiade Atlanta 2016.

Papua terbukti menjadi sumber talenta-talenta atlet yang luar biasa. Bahkan Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari, menganalisa suksesnya PON XX Papua momentum melahirkan sejumlah atlet yang akan mewakili Indonesia berjaya di kancah dunia.

Di Olahraga ada nasionalisme, di Olahraga ada kesamaan emosi, di Olahraga kita bersatu dan PON XX Papua simbol kemenangan kita bersama untuk indONEsia.(*)

*Anang Budiono

Sekretaris AJI Papua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *