NETWORK : RakyatPos | ValoraNews | KupasOnline | TopSumbar | BanjarBaruKlik | TopOne | Kongkrit | SpiritSumbar | Basangek | MenaraInfo | Medikita | AcehPortal | MyCity | Newsroom | ReportasePapua | RedaksiPos | WartaSehat JetSeo
Petani Hotong Asal Roswar Magang di Pulau Buru Ambon di Sambut Baik – Reportase Papua

Petani Hotong Asal Roswar Magang di Pulau Buru Ambon di Sambut Baik

banner 120x600

Pulau Buru, Reportasepapua.co.id – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Teluk Wondama, gelar magang petani pengolahan Hotong/gandum, Selasa (29/8), di Kampung Waikase distrik Airbuaya, Kabupaten Pulau Buru Provinsi Maluku. Selama kurang lebih 7 Hari.

Berlangsung magang di Kabupaten Pulau Buru Provinsi Maluku, Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Teluk Wondama Philipus Kabiai mengatakan, boyong petani Hotong asal Wondama jauh dari Papua Barat Teluk Wondama, hingga ke kabupaten Pulau Buru,demi mengadopsi sistem penanaman Hotong mulai dari penyediaan lahan hingga panen bahkan sampai kepada pengolahan bahan pangan yang bersumber dari bahan dasar Hotong.

‘’Petani Hotong berasal dari distrik Roswar Kabupaten Teluk Wondama, yang kami bawa. Kenapa petani dari Roswar yang kami bawa, karena Hotong dominan tumbuh di pulau Roswar. Kami datang untuk melihat cara penanaman mulai dari persiapan lahan hingga produksi, prodak hasil dari pada Hotong ini,’’’ Ujar Kabiai.

di ketahui tanaman serealia yang di sebut Hotong/ gandum tersebut tidak hanya tumbuh di daerah Papua namun juga ada di Maluku dengan berbagai sejarah latar belakang asal usul yang berbeda. Kabiai juga mengatakan, sejarah pengembangan Hotong di Pulau Roswar dahulu di bawa oleh para penginjil sendeling dari Negara Belanda yang membawa injil masuk ke Teluk Wondama. Dan saat ini di lestarikan oleh masyarakat Teluk Wondama khsusunya masyarakat yang berada di Pulau Roswar bahkan telah di jadikan pangan lokal yang memiliki nilai reliji yang tinggi karena sejarah injilnya.

‘’Hotong ini memiliki nilai religi yang sangat tinggi, karena di bawa oleh para penginjil dahulu sebagai bahan pengganti beras di Pulau Roswar. Seiring waktu petani mengembangan tanaman ini, dan ini perlu kita lestarikan selain memiliki nilai reliji, di sisi lain Hotong sudah di jadikan pangan lokal Wondama yang di konsumsi masyarakat pada umumnya,’’ tutur Kabiai.

Kedatangan Petani Teluk Wondama bersama Penyuluh lapangan dalam rangka manggang, rupanya di sambut baik oleh pemerintah Pulau Buru. Didampingi, kepala bidang Tanam Pangan dinas Pertanian dan Pangan kabupaten Pulau Buru, Sufri Buton, SP, rombongan petani Teluk Wondama kemudian di bawa bersilaturahmi dengan pemerintah daerah setempat.

Sembari berjabat tangan dengan hangat,kala bersilaturahmi, sekda Kabupaten Pulau Buru M. Alias Hamid, SH, MH, pun menyambut baik kedatangan para petani Teluk Wondama, sekda juga berharap di tahun mendatang dia bersama dinas pertanian Pulau Buru akan melakukan kunjungan studi ke Papua Barat, khususnya di Teluk Wondama.

‘’Kedatangan petani dari Teluk Wondama Provinsi Papua Barat, merupakan sebuah kehormatan bagi kami, kami sangat menyambut baik ini. kami berharap kedepan kami akan melakukan studi ke Papua Barat di Teluk Wondama, sekali lagi kami sangat besyukur dan bangga karena basudara dong bisa datang dan mau belajar dari kami di Kabupaten Buru. Selama basudara dong samua ada disini, kami jamin aman sampai kembali ke Papua,’’ ujar Sekda.

Rombongan magang dari Teluk Wondama, itu kemudian di ajak berkunjung ke kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Desa/kampung Savanajaya, kecamatan/distrik Waeapo pada Rabu, 31 Agustus 2023 untuk melakukan studi/maggang budidaya Hotong mulai dari mengolah tanah hingga pasca panen dan panen Hotong.

Tak terpisah dari rangkaian penyambutan, magang petani Hotong dari Teluk Wondama, yang di pimpin langsung oleh kepala bidang Tanaman Pangan philipus Kabiai bersama rombongan kemudian memberi cendramati sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada sekda, Kepala dinas pertanian dan pangan serta kepala bidang tanaman pangan Kabupaten Pulau Buru, berupa mahkota khas Papua, pada umumnya yakni, mahkota berbahan dari bulu burung kasuari dengan ukiran karakteristik budaya Papua. (SR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *