Yapen Utara, reportasepapua.com – Sudah 6 tahun Kantor Klasis GKI Yapen Utara yang dibangun sejak tahun 2014, namun hingga hari ini pembangunan kantor klasis tersebut belum juga selesai pembangunannya.
Ini juga merupakan salah satu temuan DPR Papua dalam hal ini Wakil Ketua Komisi I DPR Papua, Tan Wie Long bersama Anggota Komisi I DPR Papua, Yonas Alfons Nussy serta StaF DPR Papua, Rosa Bonay saat melakukan Reses di Kampung Tindaret, Distrik
Kepulauan Yapen Utara, baru-baru ini.
Kepada Pasific Pos, Ketua Klasis Yapen Utara, Pdt. Kristiano Tanawani mengungkapkan, jika pengerjaan Kantor Klasis GKI Yapen Utara ini, semua hasil swadaya warga jemaat dan seluruh masyarakat yang ada di pesisir pantai Yapen Utara yang berjumlah 22 jemaat.
“Tapi sayang sampai hari ini pekerjaannya belum juga selesai. Akan tetapi, lewat kantor ini, kami tetap berusaha untuk bekerja menyiapkan kantor,” kata Pdt. Kristiano Tanawani di Kampung Tindaret, Distrik Yapen Utara,” ujarnya.
Namun diakui, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen secara khusus di 4 distrik yang ada di wilayah Yapen Utara dan di wilayah klasis ini, juga turut serta menopang seluruh pekerjaan didalam gereja.
“Terimakasi atas juga kunjungan dari bapak Anggota DPR Papua, Tan Wie Long dan Yonas Alfons Nussy yang sudah meluangkan waktunya untuk datang melihat secara langsung kondisi Kantor GKI Klasis Yapen Utara ini. Apalagi bapak Yonas Nussy yang begitu perhatian dan sudah mendukung kami sejak dari kami mulai bekerja untuk pembangunan kantor ini. Dan siang hari ini kami berterimakasih sebab beliau-beliau ini sudah mau datang untuk mengunjungi kami disini untuk melihat secara langsung bagaimana pekerjaan ini belum selesai, “tuturnya.
Hanya saja pihaknya sangat mengharapkan dukungan dari beliau terus dan juga pemerintah untuk menopang dalam seluruh pekerjaan pembangunan kantor ini hingga selesai.
“Sudah sekian tahun pekerjaan pembangunan ini belum selesai. Ini kami juga mengalami kesulitan karena dengan ekonomi yang terbatas pada warga jemaat, ditambah mata pencaharian mereka hanya berkebun dan melaut. Sehingga kami memaksa jemaat juga agak setengah mati. Itu sangat sulit meskipun ada 22 jemaat di wilayah Klasis Yapen Utara, tapi ini sangat terbatas. Jadi salah satu kendala pembangunan kantor ini karena terbentur dengan biaya, “bebernya.
“Memang jumlah warga jemaat di Klasis Yapen Utara ini ada sekitar lima ribu warga jemaat tapi ekonomi yang terbatas,” sambungnya.
Dikatakan, meskipun ada bantuan dari pemerintah, tapi pihaknya juga tak ingin selalu meminta dan berharap kepada pemarintah. Bahkan pihaknya menyadari bahwa pemerintah juga memperhatikan pembangunan yang lain juga masyarakat yang lain, sehingga sampai hari ini Kantor Klasis GKI Yapen Utara masih menjadi bangunan kosong yang sudah tidak terurus lagi dan ditumbuhi rumput-rumput liar.
Pdt. Kristiano menuturkan, jika pihaknya sangat sedih dan kecewa lantaran perwakilan rakyat dari DPRD setempat tidak ada perhatian sama sekali dan tidak pernah mengunjungi warga jemaat dan juga kantor klasis itu.
“Kami sangat bangga karena DPR Papua yang sudah meluangkan waktunya untuk datang kesini dan melihat secara langsung kondisi kantor klasis ini. Untuk Pak Yonas ini sudah sekian kalinya datang kesini, bahkan beliau berusaha supaya pekerjaan ini dapat diselesaikan secepatnya. Kami memang belum ada kantor yang memadai tapi lewat yang ada ini kami berharap semua bisa bekerja di tempat ini untuk membantu pemerintah dalam pembangunan. Kami yang ada di klasis ini, semua mendukung pemerintah, baik pemerintah daerah, Pemrov maupun pemerintah pusat, “imbuhnya.
Sementara itu, Anggota DPR Papua, Yonas Alfons Nussy mengatakan, sesuai dengan fungsi kerja DPR, ini bagian dari penyerapan aspirasi yang di kami dapatkan dari sebuah kunjungan Reses yang kita lakukan. Ini akan menjadi laporan kita juga kepada pimpinan komisi maupun pimpinan DPR.
“Kami akan dorong hal ini untuk menyampaikan kepada eksekutif bahwa gereja ini juga turut terlibat dalam proses perubahan pembangunan. Dan kantor ini kita sangat butuhkan dalam rangka mengoptimalkan pelayanan gereja dengan administrasi yang baik,”tandas Nussy.
Apalagi lanjut Nussy, apa yang sudah disampaikan oleh ketua klasis Pdt. Kristiano Tanawani bahwa ada 22 jemaat dengan tingkat kehidupan jemaat ini berbeda-beda. Ada yang di pesisir pantai tetapi juga ada yang di kepulauan, dan ini masing-masing mempunyai tingkat kesulitan tersendiri.
Menurut legislator Papua itu, aktifitas pelayanan administrasi kepada para pelayan ini perlu diikuti dengan pengontrolan administrasi yang baik, apabila ada sekretariat yang mengendalikan semua hal ini. Sehingga pemerintah yang juga merupakan mitra gereja seharusnya mendapatkan perhatian secara baik.
“Padahal pembangunan kantor klasis ini kan biayanya tidak sampai Rp. 10 Milyar.
Ini hanya membutuhkan Rp 1 milyar lebih untuk membiayai semua kebutuhan ini,”ucapnya.
Mudah-mudahan dengan hasil kunjungan Reses ini kata Nussy, maka hasil kerja kita ini kita cepat dorong pada sidang APBD tahun 2019.
“Saya sudah memyampaikan hal ini kepada eksekutif, sehingga mudah-mudahan tahun ini sudah bisa terealisasi. Sehingga apa yang diharapkan oleh 22 warga jemaat GKI di wilayah pantai utara ini bisa tertolong dengan pembangunan kantor sekretariat yang dapat memperlihatkan wibawa gereja tetapi juga wibawa pemerintah sebagai wujud dari mitra kehidupan pembangunan yang baik,” ungkapnya.
Selain itu tambahnya, ketika kantor ini dibangun, pelayan-pelayan ini akan lebih semangat dan mereka akan menggerakan warga jemaat di sektor ekonomi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat itu sendiri.
“Apalagi potensi Yapen Utara ini sangat menjanjikan, khususnya buah Durian Tindaret yang sangat terkenal di Yapen Utara ini, untuk itu pemerintah harus bisa membantu kembangkan hasil kebun masyarakat ini, sehingga dari hasil penjualan itu dapat menopang perekonomian masyarakat setempat,” tekannya.(tiara)