WAMENA, REPORTASEPAPUA.COM – Pengungsi masyarakat Nduga yang ada di Wamena, baru-baru ini mendapat bantuan dana senilai Rp. 100 juta dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Papua .
Selain bantuan dana, KPA Provinsi Papua juga memberikan 1 karton Alkitab untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang telah mengungsi.
Sebelum penyerahan bantuan dana dan Alkitab, KPA Papua melakukan ibadah dan doa bersama para pengungsi. Penyerahan bantaun itu, diwakili Ketua Devisi SDM KPA Papua, Bernie Pagawak, pada 9 Agustus 2019 di Sinakma Wamena.
Berni Pagawak mengungkapkan, jika keadaan yang sangat sulit dan memprihatinkan ini yang mengilhami pimpinan KPA Propinsi Papua melalui ketua Harian dan telah mendelegasikan Devisi SDM untuk mengajak seluruh anak bangsa guna memberikan semangat hidup kepada Masyarakat Nduga yang mengungsi itu.
Dikatakan, meskipun Pemerintah Kabupaten Nduga hadir di Nduga karena ada masyarakat Nduga, namun kenyataan hari ini masyarakat Nduga sedang mengungsi dan telah meninggalkan Kabupaten Nduga karena perang.
Untuk itu, lanjut Bernie Pagawak, KPA Papua mengajak seluruh komponen masyarakat untuk proaktif terhadap nilai kemanusiaan jauh lebih tinggi daripada retorika, kecurigaan-kecurigaan politik dan politik praktis serta stigma-stigma yang berujung pada pelanggaran HAM dan trauma permanen masyarakat Nduga, Papua terhadap pemerintah pusat.
“KPA Propinsi Papua tidak terlibat dalam politik praktis karena rakyat adalah belahan jiwa dari kita. Tidak ada alasan tidak ada uang. Ada sumber dana Otsus Papua itu untuk rakyat,” kata Bernie Pagawak kepada Reportase Papua, Sabtu (10/8/19).
Pihaknya pun mengakui, jika pengungsi adalah salah satu yang paling rentan di dunia, sesuai Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967 membantu melindungi pengungsi.
Apalagi kata Bernie Pagawak, pengungsi adalah satu-satunya instrument hukum global yang secara eksplisit mencakup aspek-aspek terpenting dari kehidupan seorang pengungsi.
“Masyarakat Nduga hari ini telah memenuhi standart Internasional sebagai pengungsi dan layak mendapat perhatian dunia internasional,” tandasnya.
Bahkan, KPA Propinsi Papua juga memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap masyarakat Kabupaten Nduga atas kekuatan, keberanian dan ketekunan ribuan pengungsi masyarakat Kabupaten Nduga yang telah mempertahankan kehidupan.
Diakui Bernie, memang masih banyak tantangan dari berbagai faktor yang harus dilewati, mulai dari faktor alam, faktor kebutuhan sandang-pangan dan papan serta perang yang dilakukan dengan kedua belah pihak yang memposisikan masyarakat Nduga sebagai taruhannya.
Hanya saja lanjut Bernie, cKPA Propinsi Papua juga menandai momen tersrbut sebagai momen penting bagi seluruh elemen masyarakat Pegunungan Tengah Papua, masyarakat Papua, masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia Internasional untuk menunjukan dukungan bagi masyarakat Nduga yang juga adalah merupakan belahan jiwa kita dan tapi saat ini mereka terpaksa harus mengungsi.
“Jadi satu karton Alkitab untuk kekuatan Spirite Nduga, dan sedikit uang untuk kekuatan jasmani Nduga! Terbesit pesan direlung hatiku, Tuhan tahu masalah kita dan bagaimana Dia menolong kita!,” imbuhnya.
Menurutnya, melihat situasi pengungsi dari Nduga yang ada di Wamena saat ini, ternyata masyarakat punya penilaian-penilaian tertentu sehingga sebagian besar pengungsi masyarakat Nduga menolak bantuan dari pemerintah.
“Alasannya TNI dan KKB saling perang, akhirnya masyarakat yang jadi korban. Dampak dari kejadian itu, masyarakat tidak memiliki rumah dan ternak lagi. Masyarakat jadi trauma dan akhirnya mereka lari, sehingga semua bantuan dari masyarakat yang dititipkan di TNI, itu masyarakat menolak,” jelasnya.
Sekedar diketahui bawa, bantuan itu atas inisiatif dari Ketua Harian KPA Papua, Yamuel Matuan, lalu mendelegasikan ketua Devisi SDM KPA Papua, Bernie Pagawak. untuk membawa bantuan tersebut ke pengungsi masyarakat Nduga di Wamena.
“Mereka pun akhirnya menerima bantuan itu dengan senang hati. Baik bantuan alkitab maupun bantuan berupa dana,” ucapnya.
Bernie Pagawak menambahkan, jika apa yang dilakukan oleh pihaknya (KPA Papua) atas inisiatif sendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah. Sehingga langsung turun ke lapangan
Namun ia berharap, ini sebagai moment penting sehingga seluruh elemen masyarakat di Pegunungan Tengah secara khusus, bisa memberikan bantuan dukungan kepada masyarakat. (TIARA)