Jayapura, reportasepapua.com – Pada tanggal 26 Oktober – 2 Noveber 2018 sekitar 8000 wakil dari umat Katolik dari34 provinsi di seluruh Indonesia akan berkumpul di kota Ambon untuk merayakan sukacita persaudaraanKatolikdalam rangkaian acara Pesparani. Pesparaniatau Pesta Paduan Suara Gerejani berbeda dari pesparawi yang sudah lama diadakan oleh Gereja Kristen Protestandi Indonesia. Pesparani hanya diikuti oleh umat Gereja Katolik dan berkaitan dengan perlombaanlagu-lagu khas dari tradisi Gereja Katolik dan berkaitandengan cerdas cemat pengetahuan agama dan lomba tutur Kitab Suci. Walaupun Pesparani lebih banyak diwarnai oleh perlombaan, corak dasar dari event ini adalah pesta. Dengan demikian selain lomba, terdapat juga Maluku Expo, yang akan diikuti oleh tim pameran dari 34 provinsi, termasuk Papua, Munas dan seminar, Pentas Seni Nusantara, dan tamasya.
Pesparani di Ambon tahun ini merupakan Pesparani pertama untuk Gereja Katolik di Indonesia. Hal ini berawal dari inisiatif Ambon. Selama ini Pesparani sudah diadakan diDobo, Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Dari sana muncul desakan agar diadakan Pesparani tingkat nasional. Usulan itu kemudian dibawa ke Direktorat Jenderal Bimas Katolik. Setelah melewati konsultasi dengan pihak terkait akhirnya dibentuklah Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) melalui PMA nomor 35 tahun 2016. Lembaga ini merupakan penyelenggara Pesparani di Indonesia, baik tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional.
Spirit Ambon
Spirit Ambon ini menjadi pemicu Pesparani, bukan hanya karena Ambon menjadi penginisiatif awal tetapi karena misi yang mau dikembangkan searah dengan misi provinsi ini. Menurut wakil gubernur provinsi Maluku, ZethSahaburua, yang menjadi ketua panitia Pesparani I, di Ambon akan dibangun semacam laboratorium toleransi. Pemerintah, dalam kerja sama dengan semua agama, akan membangun kampung yang penduduknya dari semua agama yang ada. Pemerintah ingin menggali kekayaan hidup bangsa Indonesia melalui interaksiantar umat beragama yang intensifdanterencana di satu pemukiman. Pesparani I ini dijadikan ajang untuk mempromosikan Ambon laboratorium toleransi. Dengan slogan Pesparani “dari Maluku untuk Indonesia”, tema persaudaraan dalam keragaman akan menandai Pesparani I ini. Hal ini kelihatan darisusunanPanitia Ambon yang terdiri dari semua penganut agama dari semua elemen pemerintah, adat dan agama. Pada saat yang sama panitia memakai kesempatan ini untuk livein antar umat beragama dengan menyediakan tempat penginapan bagi peserta di keluarga agama lain.
Pesparani merupakan bentuk dukungan pemerintah Indonesia untuk mendorong peningkatan kehidupan beragama dalam kalangan umat Katolik. Seperti kepada agama lain, pemerintah sadar bahwa Gereja Katolik di Indonesia memiliki peran dan sumbangan khas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menghidupkan khazanah hidup Injili dan kekayaan tradisi agamanya. LP3K merupakan lembaga bentukan umat yang difasilitasi oleh negara melalui Kemenag. LP3K bertugas untuk menjawab harapan itu dengan menghidupkan di seluruh pelosok tanah air kekayaan tradisi Katolik melalui pengembangan seni religius dan alkitabiah. LP3K dibentuk sampai di tingkat kabupaten agar lembaga ini bisa mendorong perlombaan lagu religius dan tutur Kitab Suci sampai di daerah-daerah. Seperti yang disampaikan oleh Uskup Leo L Ladjar, uskup Jayapura, Pesparani harus bisa memperlihatkan kekayaan hidup Injili kepada masyarakat Indonesia.
Pembentukan LP3K tidak bisa dilihat sebagai campur tangan negara atas urusan intern Gereja. Selain LP3K merupakan lembaga bentukan umat, LP3K diberi keleluasaan untuk memakai media ini untuk pengembangan kehidupan agama sesuai dengan kebutuhan intern Gereja. Walaupun puncak dan tugas utama dari LP3K adalah Pesparani, LP3K berperan untuk membuat studi, penelitian dan pengembangan serta pembinaan musik, lagu Gereja dan Kitab Suci. LP3K tidak hanya sisipan dari luar ke dalam masyarakat Katolik, tetapi LP3K dikembangkan bertolak dari nafas dan semangat persekutuan umat dan juga ditujukan untuk menggairahkan kehidupan keagamaan umat Katolik. Tidak diharapkan bahwa Pesparani berdampak pada orientasi kelompok koor di persekutuan Gereja kepada perlombaan dan persaingan, ataubahkanberdampakpadakehilanganmotivasireligiusdariketerlibatanpesertakoor di persekutuanjemaatselamaini. Hal inibisa mengurangi nilai religius lagu-lagu rohani.SebaliknyaPesparaniharusdapatmengeksplorasipotensiumatdalambudayanyauntukmenciptakanlagukhasdaerah. Dalam orientasi ini kehadiran LP3K di Papua diharapkan dapat mendorong penciptaan lagu-lagu rohani Papua, yang pada gilirannya dapat menyemarakkan kehidupan jemaatsetempat.
Kontingen Papua
LP3KD di Provinsi Papua sudah dibentuk tahun 2018 yang kemudian disusul dengan pembentukan LP3KD di setiap kabupaten dan kota. Dengan keterbatasan waktu itu LP3KD Provinsi Papua belum bisa membuat Pesparani di tingkat kabupaten dan provinsi karena pada tahun 2018 LP3KD Papua harusmenyiapkandirimengikutiPesparani nasional. Dalam situasi itu LP3KD Papua tetap mengutus peserta lomba untuk semua mata lomba tetapi dengan penunjukan langsung ke kabupaten yang siap. Pada Pesparni I ini kontingen Papua berjumlah 292 orang yang terdiri dari ofisial dan peserta lomba untuk 10 mata lomba. Kontingen dari kabupaten Merauke dipercayakan untuk membawakan Paduan Suara dewasa Laki-laki, Paduan Suara wanita dewasa dan mazmur remaja. Kabupaten Mappi untuk lagu Gregorian remaja, Kabupaten Agats untuk Paduan Suara dewasa Campuran, kabupaten Timika untuk lagu Gregorian dewasa, Kabupaten Jayapura untuk Paduan suara anak-anak, Kabupaten Waropen untuk mazmur dewasa, dan kota Jayapura untuk cerdas cermat rohani dan tutur Kitab Suci. Selamat berlomba dan memuji Tuhan untuk Tanah Papua.***
*Opini Ini Ditulis Oleh Wakil Ketua Kontingen Pesparani I Provinsi Papua, Pastor. Konstantinus Bahang OFM