SEKIRANYA satu jam saya dan Been Kogoya duduk di salah satu warung kopi di Kotaraja, Jayapura membicarakan Yayasan Aiwa yang dipimpin olehnya, Minggu (27/01/2019) lalu.
Yayasan Aiwa yang beralamat di Jl. Nusantara, Kelurahan Wahno, Kota Jayapura ini terbentuk pada tahun 2015 ini bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi kretatif.
Been Kogoya bersama seluruh pengurus yayasan tersebut selalu gencar mengajarkan anak-anak untuk lebih jauh mengenal aksara khususnya dari keluarga yang kurang mampu.
Been menuturkan, ada juga beberapa orang dewasa yang ikut dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di kantor yayasan tersebut.
Selain memberikan materi pembelajaran bagi anak-anak dan orang dewasa soal baca tulis. Yayasan Aiwa ini juga memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk membangun usaha ekonomi kretatif. Salah satunya adalah memberikan pelatihan mengayam noken.
Been Kogoya yang telah menyandang gelar Magister Managemen Agribisnis (M.MA) juga mengaku bahwa bahwa saat ini dirinya tengah mengembangkan kelapa hutan, tumbuhan endemik Papua yang memiliki banyak khasiat.
“Jadi kelapa hutan atau Boromo Papua ini hanya tumbuh di Tanah Papua, di PNG juga ada. Beda dengan kelapa pada umumnya, kelapa ini hanya tumbuh di hutan daerah pegunungan tengah Papua dengan ketinggian diatas 1800-3000 mdpl ” ungkap Been.
Pria yang lama tinggal di Surabaya dan Malang ini mengungkapkan, penelitian terhadap Boromo Papua ini sudah dilakukannya sejak tahun 2009 dan selesai pada tahun 2014 lalu.
Sebelumnya Been melakukan penelitian dan riset ini secara mandiri, namun karena Pemerintah Daerah Kabupaten Lanny Jaya melihat ini memiliki potensi yang sangat besar sehingga pemerintah setempat membantu saya di segi pendanaan untuk melakukan riset dan penelitian ini.
“Jadi pada saat itu Pemda Lanny jaya membantu saya dengan dana sebesar 230 juta dengan dana itu saya melakukan penelitian ini. Jadi mulai manfaat dari akar, batang, daun sampai semua sudah saya kerjakan sekarang hanya tinggal membangun idustri. Desainnya juga sudah saya lakukan” paparnya.
“Jadi kelapa hutan ini terdiri dari 5 spesies yang berkembang disana (daerah pegunungan tengah Papua) dan itu menjadi makanan sampingan orang pegunungan tengah Papua. Nilai sosialnya ini lebih tinggi melebih Buah merah” ujarnya.
Karena Boromo Papua ini adalah tanaman musiman, Been Kogoya mengatakan, biasanya masyarakat setempat akan membuat gudang di tengah hutan untuk menyimpan dan stok buah ini.
“Kemudian pada saat tiba musimnya masyarakat selalu panen yang dilakukan di hutan setelah panen masyarakat tinggalkan hutan dan mereka kembali ke kampung dan sering bikin barapen (bakar batu) yang melibatkan seluruh masyarakat kampung. Jadi nilai social dari tanaman ini juga ada yaitu kebersamaan”.
“Selama ini hanya menjadi makanan orang desa. Setelah dari tahun 2009 – 2014 saya uji di laboratorium Universitas Brawijaya Malang saya lanjutkan lagi di Airlangga kemudian yang terakhir saya uji di IPB. Tenyata kelapa Hutan ini memiliki komponen bio aktifnya yang luar biasa dan memiliki kandungan minyak untuk kesehatan yang sangat bagus” tambahnya.
Selama melakukan penelitan, dirinya juga melakukan uji coba di Surabaya dan Malang, dan terbukti bahwa Boromo Papua ini memiliki Omega 3 dan Omega 9 yang bagus.
“Sehingga saya cobakan dan ini sangat membantu untuk orang-orang yang kena Stroke dan lumpuh. Orang-orang lumpuh di kursi roda itu bisa sembuh dengan perlahan setelah rutin menggunakan ini” tandasnya.
Been menambahkan , jika penderita stroke hanya mengikuti terrapi dan mengkonsumsi obat pemulihannya itu sangat lama bahkan bisa bertahun-tahun.
“Berbeda dengan menggunakan minyak kelapa hutan ini prosesnya hanya 2-3 bulan saja mereka bisa jalan tapi awalnya itu mulai ada perkembangan perubahan. Jadi kalau lumpuh itu biasanya ada memar atau bekas berwarna hitam. Tapi dengan menggunakan minyak ini memar itu perlahan hilang dan kulit jadi lebih cerah. Setelah itu mereka juga ngomong pelan-pelan sampai mereka bisa jalan” tuturnya.
“Setelah saya lihat kemampuan minyak ini terus saya sudah arahkan ini agar menjadi hak paten saya. Jadi sekarang Paten sudah keluar saya memulai dengan Paten ini membentuk setiap daerah di pegunungan tengah yang punya hutan ini bagaimana mimpi saya kedepan itu menjadi satu tanaman perkebunan” tambahnya lagi.
Dirinya juga merencanakan untuk membangun industry ini disetiap kabupaten yang ada di daerah pegunungan tengah Papua karena menurutnya income yang bakal didapatkan daerah akan lebih menjanjikan dibanding membangun industry lain. Karena potensi penjual produk ini sangat tinggi dan bisa menembus pasar dunia.
“Disisi kesehatan kalau dengan herbal begini nilainya akan sangat bagus. Jadi nanti produk ini akan dijual dan saya pastikan ini akan menembus pasar dunia. Yang kemarin buah merah tapi buah merah tidak terlalu, sampai saat ini memang ada yang jalan tapi tidak terlalu” paparnya.
Been menjelaskan, pada awalnya harga buah merah memang sangat tinggi dan luar biasa, tapi tapi sampai kesini harganya jatuh juga.
“Karena itu saya gagas ini nanti setelah industry semua sudah oke, yang keluar itu hanya produk saja. Jangan bahanya yang keluar. Jadi nanti produk hasil kelapa hutan ini akan tembus pasar dunia karena tanaman ini endemic di Papua tidak ada di Dunia lain dan ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat Papua khususnya di daerah pegunugan tengah. Jadi ini sudah saya teliti dan saya sebagai anak asli Papua dan saya siap membangun di daerah pegunungan tengah dengan potensi ini” jelasnya .
Dengan mengembangkan ini dirinya juga memastikan akan banyak menyerap tenaga kerja serta membantu ekonomi rakyat juga karena tidak akan ada lagi pengangguran. Nilai ekonomi pendapatan daerah juga pasti akan jauh lebih baik.
Contoh seperti buah merah, memang sudah banyak perguruan tinggi yang melakukan penelitian dan menghasilkan sebuah produk tapi sampai saat ini juga pemerintah belum membuatkan industry untuk memanfaatkan khasiat dari buah merah itu.
“Hanya baru buat industry di doyo untuk buat sabun dari buah merah tapi dari sisi buat kelompok tani belum begitu optimal karena itu produk yang satu ini saya harus kemas secara baik mulai dari desain produknya kemudian labelingnya sampai bisa keluar nanti” ujarnya.
Oleh sebab itu dirinya dirinya mencoba masuk ke DPR Papua dengan tujuan membangun ini. “Karena hanya dengan begitu, saya bisa membantu menyurakan suara rakyat kecil khususnya petani karena potensi ini sangat menjanjikan untuk msayarakat di wilayah pegunungan tengah” tukasnya.
Kurang lebih ada 18 kabupaten itu semua bisa berdiri industry ini karena itu potensinya sudah ada dari 18 kabupaten di pegunungan tengah Papua ini.
“Diharapkan kedepan jika Tuhan kehendaki saya jadi DPRP saya akan suarakan ini dan saya siap membangun Pegunungan Tengah dengan barang yang ada disitu daripada produk dari luar masuk dan biaya yang besar. Karena itu yang kita kerjakan dengan biaya murah dan kita jual keluar. Itu mimpi saya” pungkasnya. (yurie)