Mantri Patra, Rela Berpulang Demi Tugas

Facebook Hendrik Mambor/ Twitter @jayapuraupdate
banner 120x600

SIANG itu, Bandara Wasior tampak lengang. Hanya ada beberapa petugas saja yang sedang sibuk mempersiapkan berbagai hal di Apron bandara tersebut seakan sedang menunggu pesawat akan landing disana.

Tak berapa lama kemudian, sekiranya pukul 13.00 WIT, suara Helicopter milik CV. Ende Sare menderu-deru hendak mendarat.

Helicopter milik CV. Ende Sare yang digunakan untuk mengevakuasi Jenazah Mantri Patra. (Solfi)

Belum juga baling-baling dari Helicpoter itu berhenti usai mendarat, namun puluhan warga yang sudah menunggu lama di dalam ruang tunggu Bandara Wasior itu langsung berhamburan menuju helicopter tersebut.

Didalam Helicopter tersebut hanya ada pilot, co pilot, seorang petugas medis dan sebuah kantong jenazah.

Tidak disangka, rupanya di dalam kantong jenazah tersebut terbujur kaku jenazah Patra Kevin Marinna Jauhari petugas medis yang rela berpulang menghadap sang khalik demi melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga medis yang ditempatkan di Pedalaman Naikere, Kampung Oya, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Alm. Patra Kevin Marinna Jauhari, pria kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan 18 Januari 1988 yang belakangan ini viral di media social dan berbagai pemberitaan menghembuskan nafas terakhirnya di Kampung Oya, tempatnya bertugas.

Sebelumnya, pria yang akrab disapa Mantri Patra ini sudah dikabarkan jatuh sakit sejak awal Juni lalu. Namun karena kondisi yang serba terbatas ia rela bertahan demi tugas yang diberikan kepadanya hingga rela untuk tidak memperdulikan keadaannya sendiri.

“Iya, semua serba terbatas di Kampung Oya, keterbatasan alat komunikasi itu yang bikin Mantri Patra tidak bisa kasih informasi kepada atasan atau keluargannya yang ada di kota kalau kondisinya semakin memburuk tiap hari” kata Alpius Natama, salah satu warga Kampung Oya yang rela berjalan kaki selama 3 jam dari kampung halamannya ke pusat Distrik Naikere demi memberitahukan kondisi almarhum kepada atasannya.

Setibanya, di Distrik Naikere, Alpius langsung bergegas untuk menemui Kepala Puskesmas Naikere, Thomas Waropen untuk meberitahukan kabar tersebut.

“Jadi itu saya pergi ke puskesmas itu tanggal 14 Juni, sampai disana saya langsung kasih tahu pak kepala puskesmas soal kondisinya matri Patra di kampung” tandasnya.

Saat menemui Kepala Puskesmas Naikere, Alpius membawa pesan yang disampaikan oleh mantra Patra yang dituliskan diatas secarik kertas.

Membaca surat dari mantri Patra, Thomas Waropen membawa Alpius ke Wasior, guna melaporkan kondisi mantri Patra kepada pemerintah instansi terkait.

Laporan yang disampaikan Thomas terkait Patra yang sudah sakit keras itu tak mendapat solusi hingga Patra menghembuskan nafas terakhirnya pada 18 Juni 2019 di kampung Oya.

Kepada Reportasepapua.com, Senin (24/6) Thomas mengatakan bahwa Alm. Patra baru di evakuasi pada 22 Juni 2019 setelah kurang lebih 5 hari meninggal dunia ditempat dia bertugas.

Adapun isi surat Mantri Patra yakni menanyakan kepada kepala puskesmas kapan obat-obatan dikirim ke kampung Oya sebab stok obat sudah habis dan dirinya membutuhkan obat sebab dia sedang sakit keras. Namun Thomas Mengaku ia tak bisa menjawab permintaan obat untuk kampung Oya sebab sudah di jadwalkan obat dan bahan makanan akan di setor setiap 3 bulan sekali.

“Saya menerima laporan dari masyarakat Oya Alpius Natama dengan membawa surat dari mantri Patra stok obat habis dan dirinya juga sedang sekarat dan membutuhkan obat segera, hari itu juga kami membalas suratnya dan saya langsung menyampaikan informasi ini kepada pimpinan tertinggi kami via telepon seluler (sms) dan saya langsung turun ke kota sampaikan secara langsung kepada pimpinan” jelas Thomas.

Namun kata Thomas hingga sejak hari Jumat 14 Juni itu belum ada kepastian dari pemda hingga hari selasa tanggal 18 Juni 2019.

“Saya baru mendapat informasi dari masyarakat tanggal 20 Juni 2019 bahwa Patra telah meninggal pada hari Selasa 18 Juni 2019 saya langsung menginformasikan kepada pemda” tandas Thomas sembari mengenang Alm. mantri Patra yang menurut dia adalah sosok yang setia melayani dengan hati dan panjang sabar.

Dianugerahi Pangkat Anumerta

Setibanya di Wasior, Senin (24/6) jenazah Alm. Mantri Patra langsung dibawa disemayamkan di Gedung Sasar Wondama, Manggurai, Wasior untuk dilepas kepada keluarganya.

Atas dedikasi dan pengabdian yang dilakukan oleh mantra Patra, Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama menganugerahkan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi kepada mantra Patra.

Dilansir dari Antara, upacara pelepasan jenazah yang penuh haru itu dihadiri oleh tiga orang kerabat Alm. Mantra Patra yang datangkan langsung dari Palopo, Sulawasi Selatan.

“Saya melepaskan jenazah Patra Kevin Marinnha Jauhari yang boleh kita sebut sebagai pahlawan kemanusiaan di daerah” ini ucap Bupati Wondama  Bernadus Imburi dikutip dari Antara.

Bupati juga menyampaikan permohonan maafnya kepada keluarga besar mendiang atas keterlambatan dalam memberikan pertolongan kepada Alm. Matri Patra. Termasuk evakuasi jenazah yang telambat hingga 4 hari.

“Kalau ada helicopter di wondama, saya akan minta tolong, tempat ini susah sehingga semua jadi terlambat. Oleh sebab itu, saya selaku pimpinan di Kabupaten Teluk Wondama menyampaikan permohonan maaf. Secara pribadi saya merasa sangat bersalah. Semua kelalaian, keterlambatan, dan kesalahan biarlah ada di saya” pungkas Imburi.

Setelah dilepas, jenazah Alm. Mantri Patra langsung dimakamkan di Wasior, Ibu Kota Kabupaten Teluk Wondama, Senin (24/6). (Solfi Rumkorem/Ari Bagus Poernomo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *