JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP.MH Saat ditemui dalam acara pelantikan pejabat tinggi pratama, di Gedung Negara Dok 5 Jayapura mengatakan rasisme itu masalah yang berbahaya di dunia. Oleh karena itu, ia meminta Pemerintah Pusat dalam hal ini presiden tidak boleh menyederhanakan persoalan ini.
“Dan ini bukan kali ini. Ini dari zaman Gubernur Salosa. Semalam juga kejadian yang sama di Makassar. Ini jangan anggap remeh. Sudah 74 tahun kita merdeka dan kita orang Papua selalu diperlakukan rasis. Tidak boleh sederhanakan masalah ini dengan imbauan,” kata Gubernur.
“Mereka jangan sederhanakan masalah hanya dengan minta maaf, (Pemda Jawa Timur) harus datang (ke Papua) minta maaf di kita,” tegas Gubernur.
Sikap ini ditunjukkan Gubernur Lukas menyikapi reaksi Pemerintah Pusat yang terkesan menganggap sederhana persoalan ini. Menurut Lukas, pasca insiden persekusi, intimidasi dan hinaan yang dialami sejumlah mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang, pihaknya akan membentuk dan mengirim tim untuk menyelidiki dan mengkaji persoalan ini.
Salah satu opsi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Papua, kata Lukas, adalah memulangkan para mahasiswa diluar untuk kembali melanjutkan studi di perguruan tinggi di Papua dan Papua Barat.
“Saya bentuk tim dan kirim ke sana. Jika mahasiswa rasa tak aman, kita kirim pulang semua ke Papua. Saya tadi telp Pak Gubernur Papua Barat, kita atur biar mereka ditampung di Uncen dan Unipa. Presiden tidak bisa sederhanakan masalah. Masalah bendera siapa yang patahkan, siapa yang omong rasis, itu harus ditangkap,” katanya.
Lukas menjelaskan, Pemerintah Provinsi Papua mengirim para pelajar dan mahasiswa ke luar negeri untuk meningkatkan SDM anak-anak Papua. Oleh karena itu, pihaknya sangat menyayangkan pernyataan rasial yang melukai perasaan orang Papua.
“Ini rasismenya luar biasa. (Para pejabat) jangan kita bangga dengan jabatan kita karena kita (dianggap) kera. Ini bukan baru pertama kali kita disebut itu. Pemain sepak bola disebut kera. Ini seperti model zaman kolonialisme. Kita punya Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Tetapi praktik rasisme masih saja terus menimpa Papua. Padahal kita kerja menjaga NKRI,” lanjutnya. (redaksi)
Seluruh mahasiswa papua?? Cih!… Terus yg lain tidak tahu apa-apa jg ikut pulang begitu!!??
Kebijakan macam apa ini!!!?????
Kebijakan macama apa ini!!?? Chi..!!
Seluruh mahasiswa papua?!!!!
Yang benar saja!!