NETWORK : RakyatPos | ValoraNews | KupasOnline | TopSumbar | BanjarBaruKlik | TopOne | Kongkrit | SpiritSumbar | Basangek | MenaraInfo | Medikita | AcehPortal | MyCity | Newsroom | ReportasePapua | RedaksiPos | WartaSehat JetSeo
Legislator : Pancasila Harus Ada Dalam Kehidupan Generasi Baru Indonesia – Reportase Papua

Legislator : Pancasila Harus Ada Dalam Kehidupan Generasi Baru Indonesia

Yonas Alfons Nussy (Foto Tiara)
banner 120x600

Jayapura, reportasepapua.com – Hari lahir Pancasila yang diperingati tiap 1 Juni, mengingatkan kita kembali pada momentum bersejarah yang digagas oleh Soekarno pada Juni 1945.

Bahkan, sampai sekarang moment bersejarah ini terus dieringati dari tahun ke tahun sebagai bagian dari kesadaran masyarakat Indonesia.

Namun, Anggota DPR Papua, Yonas Alfons Nussy menilai, peringatan hari lahir Pancasila ini belum diperhatikan dengan baik sebagai sebuah hari dimana Pancasila ini mempunyai riwayat yang sangat pelik dan memilukan untuk rakyat secara keseluruhan mempertahankan idiologi Pancasila sebagai dasar negara.

Menurutnya, sekalipun Pancasila ini merupakan bagian kehidupan dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan dalam saling mengakui agama, mengakui perbedaan dan demokrasi, tetapi juga berupaya untuk bagaimana pemerintah memberikan perlindungan terhadap kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Ini perlahan tapi pasti, karena yang menjadi persoalan adalah bagaimana Pancasila ini harus ada dalam kehidupan generasi baru Indonesia secara keseluruhan, untuk dapat menjadi kekuatan bagi generasi baru ini. Terutama kepribadiannya itu,”kata Yonas Nussi kepada Reportase Papua saat dihubungi lewat telepon genggamnya, Sabtu (1/6/19).

Apalagi lanjut Nussy, dalam kepribadian generasi muda itu dari awal tidak dibekali dengan nilai-nilai kebangsaan ideologi Pancasila dengan baik, maka negara ini akan rapuh. Ini membutuhkan konsentrasi dari pemerintah secara menyeluruh dari seluruh tingkatan, baik dari pusat sampai ke daerah, untuk melihat Pancasila sebagai bagian yang tidak boleh terpisahkan dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

“Artinya, karena Pancasila kita lihat sebagai kehidupan ideologi bangsa. Makanya dia harus ditempatkan dalam sebuah proses pembelajaran yang secara terus menerus diperlihatkan kepada generasi baru Indonesia. Terutama kita yang ada di Papua,” tandas Nussy.

Dari kacamata legislator Papua ini, memandang Pancasila sebagai ideologi bangsa yang harus dipertahankan dan harus diwariskan kepada generasi baru lewat kegiatan-kegiatan positif.

“Seperti pendidikan lewat Workshop Nasional hitung cepat untuk Pancasila ini, dan bagaimana mewariskan ideologi dan nilai-nilai Pancasila dalam permainan. Ini kita lakukan untuk bagaimana dia melihat apa yang kita lakukan lewat wokshop simulasi ideologi Pancasila di workshop nasional hitung cepat duta Pancasila ini. Sehingga anak itu cepat tangkap dan dia akan ingat selama dia hidup,” imbuhnya.

Ditegaskannya, inilah yang harus kita buat, dan kita harus menggunakan cara yang baik secara situasional kehidupan hari ini, sehingga tidak kalah dalam sebuah kidupan jaman dan lain sebagainya. Ini yang perlu diperhatikan dengan baik.

“Jadi dia (Pancasila) tetap ada dan tetap kuat di seluruh kehidupan kita. Dan waktu kapan saja Pancasila hadir mempersatukan kita, Pancasila hadir untuk memperkuat demokrasi kita dan Pancasila hadir untuk kita berkarya dalam memenuhi kehidupan sosial dan kesejahteraan rakyat bagi Indonesia,” ungkapnya.

Hal itu dikatakan, sebab ia melihat kecintaan kita terhadap Pancasila saat ini sudah sangat berkurang.

Apalagi kata Nussy, jika itu dilihat dari tingkat cara-cara generasi baru hari ini. Mereka banyak tergempur dengan budaya-budaya luar yang sudah terkontaminasi dengan kehidupan. Ditambah lagi kekuatannya itu sudah mulai lemah.

Diakui, itu bagian dari terkikisnya kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana Pancasila ini mulai tergoyahkan.

“Pancasila ini mulai digoyang dengan berbagai cara dan gampang terprofokasi dengan situasi politik yang ada saat ini. Apalagi yang melakukan aktivitas ini kan kebanyakan anak-anak muda,” kata Yonas Nussy.

Oleh karena sambungnya, Pancasila ini harus kita mampu menterjemahkan dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat mengisi kekosongan Milenialnya itu. Kadi jangan sampai dia kosong

“Justru milenial yang ada hari ini, dia harus mampu mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Sebab Pancasila ini dia feksibel, dia bisa hadir dimana saja dan waktu kapan saja, karena Pancasila itu merupakan keabadian dasar ideologi Pancasila yang mengabadi untuk bangsa Indonesia, dan dia mampu hadir dalam situasi apa pun. Itulah kekuatan Pancasila bagi Indonesia,” tuturnya.

“Kita bersyukur karena ada Pancasila, ada wilayah dari Sabang sampai Merauke, kita bersyukur karena ada Pancasila, ada bahasa yang namanya bahasa Indonesia. Saling pengakuan, kita bersyukur ada Pancasila, maka situasi demokrasi yang kita pegang bersama-sama, sekalipun demokrasi itu kita harus perlahan-lahan tetapi pasti kita kerjakan bersama-sama, sehingga dia melahirkan sebuah demokrasi yang baik,” paparnya.

Diakui, memang masih banyak pelayanan yang belum memenuhi keinginan rakyat tetapi niat untuk mensejahterakan rakyat sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab pemerintah daerah untuk mengantarkan rakyat Indonesia sebagai rakyat yang beradab, adil makmur, dan sejahtera.Tetapi inilah wujud dari sebuah kekuatan Pancasila yang hadir sebagai anugerah Tuhan yang diberikan oleh sang Proklamator, Bung Karno dan Bung Hatta.

Menurutnya Pancasila ini merupakan cara hidup, kebiasaan kita yang sudah diturunkan oleh Tuhan kepada masing-masing suku yang ada di nusantara ini.

“Artinya, kebiasaan-kebiasaan kita ini sebenarnya itu bagian dari yang disebut Pancasila. Ada perbedaan-perbedaan tetapi kita disatukan dan ini harus menjadi sebuah kekuatan nilai yang ada dalam kehidupan kita dan generasi baru yang harus mampu melihat kehidupan budaya tradisional masing-masing di daerahnya untuk dapat mempertahankan itu,” tekannya.

Yonas Nussy menambahkan, disitulah wujud kekuatan ideologi Pancasila yang kita anut dan kita bangun sebagai dasar negara.

“Jadi tidak boleh terprofokasi dengan budaya-budaya luar yang akan menghancurkan kehidupan kita sendiri,” tegas Yonas Nussy. (Tiara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *