Nyawa Sri Masih Bisa Diselamatkan Usai Sebuah Anak Panah Menancap di Pinggang, 10 Kali Tusukan di Dada, 1 Tusukan di Kening dan Dagu.
Catatan : Ari Bagus Poernomo
SUASANA ‘Kota Dingin’, julukan bagi Wamena, Kabupaten Jayawijaya pagi itu, sama seperti hari-hari sebelumnya. Meski suhu udara pagi itu dibawah angka 25 derajat celcius dan menembus seluruh sendi tubuh, namun aktivitas warga di kota tersebut tetap berjalan lancar.
Di pasar lama Wamena, Senin (23/09) pagi itu hanya ada beberapa angkutan kota (angkot) dan becak yang lalu-lalang menurunkan dan mengangkut penumpang. Semua berjalan aman, damai dan tentram.
Sekitar pukul 09.00 WIT suasana aman, damai dan tentram itu seketika berubah bak sebuah pertempuran di medan perang.
Masa yang mencapai ratusan orang turun ke jalan, akibatnya Kantor Bupati Jayawijaya, Kantor PLN Rayon Wamena dan sejumlah perkantoran yang berdiri kokoh rata dengan tanah dalam waktu sekejap.
Mendengar telah terjadi kerusuhan di kota yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan bagi para wisatawan dalam dan luar negeri itu, panik melanda Sri dan Darno pasangan suami istri yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang pakaian keliling.
“itu masih pagi, sekitar jam 09.00 WIT. Saat itu saya baru saja pulang dari pasar. Setelah masuk ke kontrakan belum juga saya duduk, kita sudah dengar tetangga ada yang teriak tawuran-tawuran” kata Sri Lestari dengan suara terbata saat menceritakan kisah yang dialaminya kepada Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Silas Papare, Marsma TNI. Tri Bowo Budi Santoso setibanya di Base Ops Lanud Silas Papare, Jayapura menumpangi pesawat CN 235 TNI-AU.
Meski berpikir itu hanyalah tawuran antar sekolah, namun kepanikan melandanya. Sri dan Darno pun bergegas meninggalkan kontrakannya di Pasar Lama Wamena yang kebetulan juga jaraknya tak jauh dari tempat masa berkumpul hanya sekitar 700-800 meter.
Saat hendak meninggalkan kontrakan dan ingin mencari perlindungan di Polres Jayawijaya, Sri dan Darno di tahan oleh pemilik kontrakan.
“Katanya tidak apa-apa ini hanya tawuran biasa. Jadi kita tidak jadi pergi dan tetap bertahan sambil waspada di rumah” kata Sri sambil berderai air mata.
Tak lama kemudian, masa yang berjumlah ratusan orang tersebut mendekati kontrakan tempat Sri dan Darno bernaung, mereka membawa panah, parang, pisau dan berbagai senjata tajam lainnya.
Melihat masa yang tengah beringas, Darno langsung menyuruh Sri untuk naik ke mobil Strada milik tetangganya untuk segera mengungsi ke Polres. Sementara Darno terpaksa harus bersembunyi di loteng untuk menyelamatkan diri.
“Waktu itu saya sudah bersyukur lihat istri saya naik di ke Mobil. Karena mobil sudah tidak muat jadi saya sembunyi di loteng karena masa saat itu sudah tidak bisa mengendalikan diri mereka sudah bakar-bakar gedung dan lain-lain” kata Darno.
“Dalam persembuyiannya di dalam loteng rumah kontrakan, Darno sempat membuka selembar seng guna memantau kendaraan yang ditumpangi istrinya menuju Kantor Polisi itu.
Namun harapan Darno akan keselamatan istrinya itu seketika pupus. Dari kejauhan Darno melihat sendiri bahwa mobil yang ditumpangi istrinya dan beberapa tetangganya itu dihadang masa dan dilemparkan ke jurang.
“Saya tidak sanggup lihat itu dan kebetulan ada mobil patroli (Polisi) yang lewat saya langsung bobol seng dan teriak pak polisi tolong” kisah Darno.
Sementara itu, kata Sri, usai mobil yang ditumpanginya itu masuk ke dalam jurang, masa pun masih mengejar mobil tersebut ke dalam jurang.
“Ini mobil sudah di dalam jurang, tapi mereka masih kejar kita, saat kita keluar dari dalam mobil dan berusaha lari saya di panah satu kali di pinggang belakang ini, saat itu saya jatuh tapi masih diserang lagi dengan cara di tikam kurang lebih sepuluh kali di dada, satu kali di kening dan satu kali di dagu. Kebetulan dari atas jurang itu ada polisi jadi orang-orang yang serang kita itu langsung lari” ucap Sri.
Sri juga mengatakan bahwa ia menyaksikan langsung tetangganya yang mengendarai mobil tersebut harus mergang nyawa akibat penyerangan yang dilakukan warga terhadap mobil tersebut.
“Beruntung ada Polisi, kalau tidak kita semua yang tumpangi mobil tersebut juga sudah meninggal” tukasnya.
Dari data Humas Polda Papua, hingga saat ini sudah ada sekitat 31 warga yang dinyatakan tewas akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena pada hari Senin (23/09) lalu. (***)
Mohon ijin. Tulisan ttg kisah Suami Istri yang slamat dari beringasnya massa di wamena ini, kami SALIN KE MDIA CETAK.
Hormat saya
kRIST Ansaka
Silahkan pak, dengan senang hati.
Mohon ijin, itu info dari yg bertugas disana, efek dari kejadian di surabaya. Mohon utk tindak lanjuti sekia trim
Tindakan biadab, tdk berprikemanusiaan dan hrs dihukum spy tobat.