Wondama, Reportasi Papua.com- Terkonfirmasi Covid-19, Kepala dinas Tenaga kerja, Transmigrasi, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Pemda Kabupaten Teluk Wondama I Wayan Redana, S.sos meninggal dunia.
Wayan Meninggal dunia pada Rabu 18 November 2020. Kepala RSUD Wondama, sebagai juru bicara (Jubir) Covid-19 kabupaten Teluk Wondama dr. Yoce Kurniawan menjelaskan, almarhum di swab pada Rabu lalu, 11 November 2020. Almarhum meminta dirinya di swab oleh pihak RS karena ia merasa ada gangguan pada salah satu panca indranya meskipun pihak RS sudah melakukan Rapid test dan hasilnya non reaktif namun almarhum berinisiatif meminta pihak RS melakukan swab terhadap dirinya.
“Sedikit kronologis almarhum, tepat satu minggu yang lalu almarhum menyampaikan kalau beliau merasakan kekurangan penciuman. Sudah dilakukan Rapid test hasilnya non reaktif. Karena gejala tersebut beliau berinisiatif untuk melakukan swab, dan kami menyetujuinya. Setelah di periksa, (Swab) ternyata hasilnya positif,” terang dr. Yoce pada acara pelepasan jenazah almarhum kepada pemda Teluk Wondama, di halaman RSUD Wondama, Rabu,(18/11).
dr.Yoce menjelaskan, almarhum sangat kooperatif dan menerima untuk di rawat di RS setelah hasil swabnya positif. Bahkan untuk mencegah penyebaran Covid-19, almarhum juga menyampaikan kepada pihak RS siapa saja yang menjadi kontak eratnya, untuk kepentingan tracing.
“Kami langsung merawat beliau, dan beliau sangat kooperatif, bahkan beliau menyampaikan kontak eratnya untuk di lakukan pemeriksaan medis.Kemudian beliau juga bersedia di rawat di RS,”ucap dr.Yoce.
Lanjut kata dr Yoce, Almarhum di rawat di ruang isolasi corona dengan kondisi gejala ringan. Namun, setelah menjalani perawatan medis selama 5 hari di RS Isolasi gejala buruk mulai terlihat akibat saturasi atau terjadi kekurangan oksigen pada tubuhnya.
“Dalam perjalananya, beliau di kategorikan kasus covid-19 dengan gejala ringan. Setelah 5 hari dirawat, tepatnya hari minggu (15 November 2020), beliau mulai sesak, dan desakan oksigen dalam darah atau saturasi oksigen mulai turun, sehingga mulailah kita pasang terapi oksigen,”terang dr.Yoce.
Setelah mendapat, tindakan medis dengan bantuan oksigen, keadaan almarhum sudah kelihatan membaik, namun pada Selasa, 17 November 2020, almarhum mulai menunjukan gejala yang kurang baik dan almarhum menghembuskan navas terakhirnya.
“Kemarin, terjadi perburukan lagi, jadi kita tambah lagi dengan fentilator. Karena beliau tambah sesak kita kembalikan ke oksigen tekanan tinggi. Kemarin sore desakan oksigennya sudah menuju ke arah normal. Tetapi kemudian tadi pagi mendekati jam 5 pagi terjadi perburukan. Dan almarhum menghembuskan nafas terakhirnya jam 6 lebih 35 menit pagi,”jelas dr.Yoce
Selain Jubir Covid-19, tetapi juga kepala RSUD Wondama, dr.Yoce menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang di tinggalkannya. Kata dokter pihak RS sudah berupaya sekuat tenaga dan kemampuan para medis namun Tuhan berkehendak lain.
“Kami memohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun Tuhan berkata lain. Kami dari RSUD Wondama menyampaikan turut duka cita yang mendalam atas kepergian bapak I Wayan Redana,”ucap dr.Yoce.
Jenazah almarhum kemudian di petikan namun dengan protokol covid-19, sesuai standar yang di tentukan. Sesuai pantauan awak media ini, almarhum di bawa keruang jenazah untuk di kremasi oleh 7 tenaga medis covid-19, kemudian di taru ke dalam peti jenazah untuk siap di makamkan. Keluarga almarhum turut hadir dan menyaksikan proses kremasi serta tindakan medis pada protokol kesehatan covid-19.
Setelah di kremasi ke dalam peti, pihak RSUD, kemudian menyerahkan kepada pihak pemerintah daerah untuk di selenggarakan acara pelepasan dan penghormatan terakhir kepada almarhum.
Pelepasan singkat oleh pemerintah daerah untuk di makamkan di pimpin oleh asisten I bupati wondama, Jack Ayamiseba dan menyampaikan duka yang mendalam. Pelepasan jenazah berlangsung kurang lebih 20 menit.“Seluruh pemerintah kabupaten Wondama, kami ucapakan terima kasih dan duka yang begitu mendalam. Almarhum adalah pribadi yang tenang dan baik selama bekerja di Wondama. Mari kita bangun komunikasi yang baik sehingga keluarga yang di tinggalkan dapat di perhatikan oleh pemerintah sebagai rasa terima kasih atas jaza almarhum yang turut membangun kabupaten Teluk Wondama,” ujar Ayamiseba.
Kemudian kepala BKD kabupaten teluk Wondama membacakan riwayat hidup singkat almarhum mengiringi kepergiannya. “Almarhum lahir di Gadungan kabupaten Tabanan Provinsi Bali pada 19 september 1964, pangkat golongan ruang Pembina IVA, jabatan terakhir kepala dinas Transmigrasi kabupaten Teluk Wondama. Almarhum adalah anak dari Pan Redana dan Men Redana memiliki 3 orang saudara. Almarhum meninggalkan seoarang istri, Nyi ketut Sukarniati dan 4 orang anak. Almarhum meninggal pada usia 56 tahun. Ujar Waprak.
Pantauan Reportasepapua.com, almarhum mulai di bawa ke tempat peristirahatan terakhir covid-19 didistrik Teluk Duari kampung Warayaru pada pukul 13;00 WTI. Para kepala OPD asisten bupati ikut mengantar jenazah almarhum ke tempat pemakaman. (SR)