JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Anggota DPR Papua, Natan Pahabol mengatakan, jika keluarga dari anggota TNI Alm. Prada Usman Helembo, korban penembakan di Kabupaten Nduga pada akhir pekan kemarin, datang mengadu kantor DPR Papua, Senin (22/7/19).
Pasalnya, pihak keluarga merasa tidak puas atas kematian putranya. Alasannya karena dari 30 orang anggota yang bertugas saat itu, hanya Prada Usman Helembo yang tertembak hingga meninggal di tempat, sementara anggota TNI lainnya yang juga ada di tempat kejadian tidak tertembak, bahkan tidak ada satupun yang cedera atau terluka.
Untuk itu kata Natan Pahabol, keluarga mempertanyakan kematian Prada Usman Helembo yang diduga di tembak KKB pada Sabtu kemarin.
Legislator Papua dari pemilihan Yahukimo itu mengungkapkan, atas kematian Prada Usman Hambelo asal Distrik Ubahak Kabupaten Yahukimo yang bertugas di Kampung Alguru, di Nduga, maka pihak keluarga korban mengadu kepadanya.
“Jadi keluarga merasa tidak puas atas kematian Usman karena dari 30 orang yang bertugas di situ, kenapa hanya satu orang ditembak dan yang lain tidak ada yang luka karena kena tembak, ” kata Natan.
Menurutnya, jika memang terjadi saling kontak senjata, tentunya para pekerja juga dengar dan pasti ada anggota TNI lain yang juga kena. Karena tidak puas, dengan alasan itulah keluarga datang mengadu ke DPRP.
“Alasan kedua, keluarga menyatakan bahwa dia baru selesai pendidikan 2017/2018. Inikan pengalamanya masih minim kenapa dia langsung di tempatkan di daerah merah? Inikan tidak masuk akal,” tekannya.
Bahkan, pihaknya mempertanyakan mengenai keterangan TNI yang menyatakan korban ditembak KKB dari semak-semak di atas bukti. Kalau memang ditembak kata Natan, mengapa tidak dilakukan pengejaran terhadap KKB yang melakukan penembakan.
Pihak keluarga pun menduga ada unsur kesengajaan atas meninggalnya Prada Usman Helembo.
“KKB dengan TNI harus pastikan siapa yang bertanggung jawab. Keluarga korban mempertanyakan KKB ini siapa? Jadi orang tua tidak puas dengan kematian anggota TNI ini. Mesti ada penjelasan, jangan sampai anak-anak Papua yang ingin jadi TNI takut karena berbagai faktor,” ucapnya.
Sehingga lanjut Natan, mesti ada penjelasan jelas agar clear untuk semua. Ini semua disampaikan orangtua korban kepadanya tadi pagi. Dan mestinya ada pihak yang harus bertanggungjawab dengan kematian korban ini yang berasal dari suku Yali.
Namun ia berharap, dengan adanya penembakan yang terus menerus terjadi, jangan sampai pegunungan Papua ini dijadikan proyek untuk mendapat sesuatu.
“Jadi kami harap, dari pihak Kepolisian dan TNI dapat memberi arahan dan petunjuk agar para pekerja ini ada semacam pencerahan yang diberikan, agar mereka juga tidak menyikapi situasi dengan cara tembak-menembak. Kami pun berharap stop dengan tembak menembak dengan istilah KKB. Harus jelas atas kematian orang tersebut,” tegasnya.
Natan Pahabol menambahkan, meski korban adalah anggota TNI, namun dia juga orang Papua. Selain itu TNI dan Polri dalam menempatkan orang mesti profesional. Jangan sampai ada anggapan OAP di tempatkan di daerah merah.
“Harus jelas atas kematian orang. Kami dari DPRP berharap, dari wafatnya Prada Usaman Helembo akan menimbulkan kesan yang tidak baik di Nasional maupun internasional. Jadi aparat kemananan dalam hal ini TNI/Polri harus bertanggungjawab dan tidak boleh lempar batu sembunyi tangan dengan menyebut KKB lah pelakunya. Jadi harus jelas, siapa pelaku yang sebenarnya,” tandas Natan Pahabol. (tiara)