JAYAPURA, Reportasepapua.com – Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw berkesempatan menghadiri coffe morning dengan kelompok The Spirit Of Papua dan Family Of Christ Internasional Ministry di Sentani, Selasa (16/6/20).
Dalam kesempatan tersebut, Kapolda menyatakan senang, sukacita dan bersyukur, karena Tuhan masih memberi kesehatan kepadanya dan semua anggota Polda Papua.
Selain tentang bantuan social berupa Sembako yang terus diupayakan untuk disalurkan kepada masyarakat terdampak Covid-19, Kapolda juga mengungkapkan terkait pelonggaran waktu Pembatasan Sosial yang Diperketat dan Diperluas (PSDD) sebagai instruksi Presiden Jokowi, dengan tujuan agar seluruh daerah di Indonesia mampu mengendalikan dan mengembalikan kegiatan social ekonomi yang semakin terpuruk.
“Hasil kerja tim covid situasi sudah membaik, diharapkan kepada seluruh yang ada di sini agar tidak terlalu takut dengan covid-19,” imbau Kapolda.
Meski demikian, kata Kapolda masyarakat diminta harus memperhatikan prosedur prosedur kesehatan.
Selain itu, juga menggunakan masker, harus cuci tangan, jaga jarak aman, juga untuk transportasi ke luar daerah tetap harus melakukan prosedur-prosedur yang ditetapkan pemerintah.
Kapolda juga menyinggung terkait issu tentang aksi rasisme di luar negeri yang dibawa ke Papua, sehingga situasi kamtibmas di Papua yang menjadi kurang kondusif.
Issu tersebut, terkait dengan akan dilakukan aksi demo jelang sidang putusan terhadap 7 tahanan dugaan makar serta actor dari kerusuhan yang terjadi di Jayapura, Wamena dan Timika.
“Aksi ini juga didukung oleh beberapa tokoh yang meminta agar ke tujuh tahanan tersebut di bebaskan maka kami pihak Kepolisian mencoba untuk menjelaskan kepada masyarakat agar mereka paham bahwa 7 tahanan tersebut yang saat ini sedang menjalankan proses hukum di Kalimantan itu merupakan aktor utama kasus kerusuhan di Papua,” jelas Kapolda.
Untuk membedah masalah tersebut, Kapolda bersama sejumlah stakeholder atau tokoh-tokoh terkait telah melaksanakan diskusi selama satu hari di Hotel Aston Jayapura, Senin (15/6/20).
Dalam kesempatan tersebut, Kapolda mengungkapkan sedikit kekecewaanya karena sebagian tokoh tidak bersedia datang dalam forum diskusi di Hotel Aston tersebut.
Yang mana, kehadiran para tokoh yang diundang sangat diharapkan agar bisa memahami dengan baik apa yang sebenarnya terjadi hingga menyebabkan tujuh orang dari Papua yang saat ini berstatus terdakwa harus ditahan dan disidangkan di Kalimantan Timur.
“Kami dari pihak Kepolisian menjelaskan secara detail apa yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadinya gangguan kamtibmas di Papua,” ungkap Kapolda.
Apa yang dilakukan selama ini, kata Kapolda, merupakan tugas pokok sebagai pelindung, pengayom dan melayani serta penengakan hukum kepada siapa saja yang melakukan tindakan kriminal.
“Namun masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa kami tidak professional dalam melaksanakan tugas sehingga kami meminta dukungan dan doa oleh pemangku agama agar masyarakat memahami apa yang kami lakukan selama ini dalam rangka menjaga situasi kamtibmas tetap aman dan kondusif,” harap Kapolda.
Kapolda juga meminta kepada orang tua untuk lebih mengawasi anak-anaknya dalam melaksanakan aktifitas di tengah berkembangan teknologi saat ini, yaitu terkait penggunaan media sosial agar mereka tidak mudah terhasut oleh isu-isu atau infomasi yang belum tentu kebenaran dan keabsahannya.
Pendeta Sony Manoa MP.h dalam kesempatan tersebut menyampaikan keluh kesahnya terkait situasi yang dihadapi selama pandemic Covid-19.
“Banyak anggota jemaat kami di-PHK atau di rumahkan, atau tidak digaji sama sekali, membuat gembala-gembala harus berperan sebagai penyandang untuk kehidupan mereka dari waktu ke waktu sehingga kami para gembala ambil peran sebagai mama bapak untuk membantu jemaat kami,” ungkapnya.
Di tengah kesulitan yang dialami, pihaknya bersyukur Kapolda bersama The Spirit of Papua dating membawa bantuan sembako, sehingga dapat meringankan beban yang dialaminya.
“Sampai detik ini pun kami tidak pernah menerima bantuan sedikit pun kecuali dari bapak Kapolda,” ungkap Pendeta Sony. Jemaatnya yang berupaya mengolah lahan, juga mengalami kendala, terutama soaal bibit tanamannya.(redaksi reportase)