JAYAPURA, Reportasepapua.com – Kepala Peralatan Daerah Militer (Kapaldam) XVII Cenderawasih, Kolonel Cpl. Dwi Sumartono menjelaskan bahwa senjata yang digunakan pasukan Infanteri dalam pengejaran Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga bukanlah bom fosfor seperti yang dituding oleh KKB dan surat kabar mingguan Australia, The Saturday Paper.
Dimana dalam sebuah artikel berjudul ‘Exclusive: Chemical weapons dropped on Papua’ yang dimuat The Saturday Paper di edisi nomor. 236 terbitan 22 Desember 2018 tersebut, TNI di tuding telah melakukan penyerangan menggunakan bom fosfor (White Phospor) melalui udara sehingga menyebabkan banyak warga sipil yang terluka dan tewas dalam serangan tersebut.
Bahkan, dalam artikel tersebut, The Saturday Paper juga menggambarkan bahwa bom yang digunakan TNI itu ujungnya berwarna kuning.
“Ini bukan bom, jadi beda ya granat dengan bom. Kalau bom itu digunakan untuk memusnahkan dan menghancurkan, beda dengan granat. Granat juga bisa menewaskan tetapi dalam radius tertentu” jelas Kapaldam dalam Konferensi Pers di Kantor Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Rabu (26/12/2018).
Ada empat jenis granat yang biasa digunakan oleh pasukan Infanteri di Indonesia. Salah satunya adalah granat asap yang biasa digunakan dalam penerjunan ataupun sebagai penanda.
https://www.youtube.com/watch?v=6PAH0ryMifc&t=4s
“Kalau granat asap ini tipenya GT6-AS, fungsinya hanya sebagai tabir, isiannya hanya Hiroten yang adalah salah satu bahan kimia yang bereaksi dengan udara dan menjadi asap secara otomatis karena sifat kimianya seperti itu. Waktu paling lama dari granat jenis ini mengeluarkan asap tidak lebih dari 25 detik” tandasnya.
Lanjutnya, GT6-AS buatan PT. Pindad ini aman karena hanya mengeluarkan asap saja tidak membunuh seperti apa yang telah disampaikan oleh KKB dan The Saturday Paper.
Tiga jenis granat lainnya adalah M-406 buatan Amerika, CIS 40 AGL buatan Singapura dan satu granat lainnya adalah buatan Pindad. Senjata yang digunakan untuk ketiga jenis granat lontar ini sama saja yakni jenis SPG-A1 kaliber 40 mm.
“Senjata dan granat jenis ini biasanya digunakan oleh Satgas Pamtas atau Pamrahwan saat melakukan Rik Siap Ops. Jarak capai dari senjata yang melontarkan ketiga granat ini maksimal 400m. Jadi didalam 1 regu biasanya sesuai taktik Infanteri pasti akan ada satu senjata seperti ini” ungkapnya.
Dikatakannya, jarak mematikan proyektil ini juga terbatas tidak seperti apa yang telah digambarkan oleh KKB. “Ini adalah senjata standar paling rendah yang digunakan oleh pasukan infanteri seluruh dunia” tandasnya. (Natalis Stefanus Ari)