Jayapura,reportasepapua.com – Beras Miskin (Raskin) adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia, yang dijual dibawa harga pasar kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin.
Namun, Anggota DPR Papua, John NR. Gobai bidang Perekonomian menilai, dengan adanya Raskin ini membuat masyarakat menjadi malas untuk berkebun, menokok sagu, dan lainnya.
Bahkan menurut John Gobai, pola hidup masyarakat saat ini di kampung mulai mengalami pergeseran.
“Sejak zaman dulu, orang asli Papua hidup berburu, meramu, dan berkebun jauh sebelum orang asli Papua mengenal beras, pangan lokal seperti betatas (ubi jalar), sagu dan keladi, menjadi konsumsi mereka sehari-hari,” kata John NR. Gobai kepada Wartawan usai mengikuti hearing Publik Anggota DPR Papua pada Hari Pangan Sedunia yang berlangsung di Susteran Maranata, Selasa (16/10/18).
Hanya saja lanjut Jhon Gobai, seiring perkembangan zaman, perlahan pangan lokal ini dilupakan karena kehadiran beras miskin ini.
Apalagi kata Gobai, Raskin kini telah berganti kulit dengan sebutan beras sejahtera (Rastra), hingga membuat masyarakat mulai melupakan pangan lokal.
“Jadi tidak hanya mereka di kota saja, tapi masyarakat di kampung kini sudah mulai enggan menanam dan mengkonsumsi betatas, keladi dan sagu. Raskin kini hadir menjadi candu,” tandas Gobai.
Gobai menambahkan, Raskin juga telah menyebabkan ketergantungan bagi masyarakat, lalu menyingkirkan pangan lokal, meramu, berburu, dan berkebun yang sudah menjadi tradisi hidup masyarakat asli Papua selama ini, tapi kini perlahan mulai ditinggalkan.
“Jadi Raskin ini membuat masyarakat malas lagi untuk berkebun, dan menokok sagu. Pola hidup masyarakat di kampung juga sudah mengalami pergeseran, hingga panganan lokal mulai terkikis,” pungkasnya. (Tiara).