JAYAPURA, REPORTASEPAPUA – Direktur & Executive Vice President Sustainable Development PT Freeport Indonesia (PTFI) Claus Wamafma menegaskan komitmen Freeport dalam mewujudkan praktik pertambangan berkelanjutan. Hal tersebut disampaikan dalam Konvensi Nasional ke-15 Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) yang berlangsung di Jayapura, 8-11 Oktober.
“Freeport Indonesia telah menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Dengan berproduksinya smelter baru, PTFI akan mengolah batuan bijih tambang hingga memurnikannya menjadi katoda tembaga di dalam negeri,” kata Claus dihadapan para guru besar dan dosen dari 45 universitas di Indonesia.
Claus menjelaskan bahwa Indonesia diprediksi akan masuk dalam 5 besar produsen katoda tembaga di dunia dengan berproduksinya smelter baru PTFI.
Produksi katoda tembaga Indonesia keseluruhan akan mencapai 1,5 juta ton per tahun, merupakan gabungan dari produksi PTFI dengan Amman Mineral. PTFI sendiri akan memproduksi katoda tembaga mencapai 1 juta ton, kemudian ditambah dengan Amman Mineral yang akan mencapai 500 ribu ton.
“Hal ini akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci dalam supply tembaga secara global, di saat demand tembaga yang akan diprediksi terus meningkat,” kata Claus.
Dengan terintegrasinya operasi PTFI dari hulu hingga hilir, hal ini semakin memperkuat komitmen PTFI dalam menjalankan praktik pertambangan yang berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam menjalankan aktivitas pertambangan.
Claus mengatakan dalam upaya penerapan prinsip ESG pada aspek sosial dan lingkungan, PTFI berkomitmen mereduksi emisi karbon 30 persen pada tahun 2030 melalui pengoperasian kereta listrik di tambang bawah tanah dan penanaman mangrove 100 hektare per tahun.
Dalam aspek sosial, lanjutnya, PTFI menyelenggarakan program-program pendidikan di antaranya melalui program beasiswa,
pembangunan sekolah, dan pelatihan guru. Di bidang kesehatan di antaranya memberikan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat tujuh suku di Papua, membangun fasilitas kesehatan dan program kesehatan masyarakat. Di bidang pembangunan ekonomi, PTFI memberikan dukungan kepada UMKM dengan cara mendekatkan mereka pada akses pasar dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan usaha.
Di bidang infrastruktur berperan dalam pembangunan jalan dan jembatan, serta fasilitas umum lainnya untuk memudahkan mobilitas warga di sekitar wilayah pertambangan.
“PTFI juga rutin berkolaborasi dengan pemerintah daerah melalui program-program kemitraan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat secara ekonomi, yang sebelumnya dari angka 90 persen PDB Mimika menjadi 70 persen artinya industri lain di masyarakat sudah mulai tumbuh, secara tidak langsung menurunkan tingkat ketergantungan kepada PTFI,” kata Claus.
Diketahui PTFI mendukung Universitas Cendrawasih (Uncen) sebagai tuan rumah rumah Konvensi Nasional ke-15 IAHII dan menjadi salah satu narasumber dengan topik Hilirisasi Mineral Indonesia: Prospek dan Tantangan.
AIHII merupakan organisasi yang mewadahi seluruh lembaga penyelenggara pendidikan tinggi ilmu Hubungan Internasional di Indonesia. Saat ini AIHII menaungi kurang lebih 800-an Dosen Ilmu Hubungan Internasional yang tersebar di 73 perguruan tinggi negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.
Konvensi Nasional ini merupakan pertemuan rutin tahunan sebagai wadah untuk saling berbagi gagasan dan informasi hingga pengambilan kebijakan terkait keberlangsungan Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia. Tema yang diangkat dalam Vennas XV AIHII adalah
“Kontestasi Pendekatan Keamanan Tradisional Dan Non-Tradisional Di Kawasan Indo-Pasifik”. Tercatat 74 guru besar dan dosen dari 45 universitas di Indonesia kegiatan berlangsung dari 8-11 Oktober 2024. (adv)