PULUHAN tombak bermata besar, berbaris rapih di muka balai kampung, pagi itu. Suara tegas memberi petunjuk kepada para pria yang ada di dalam balai itupun terdengar lantang hingga dermaga.
Seorang pria paruh baya, tengah memikul sebuah busur dan tombak kecil menghampiri saya dan berkata, “ada susun strategi,” ujar Elisa Theo Tokoro, warga Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (21/12/2018).
Layaknya perang, strategi jitu sangat dibutuhkan masyarakat adat Sentani saat hendak masuk hutan demi Ella. Karena strategi yang tepat bakal menentukan hasil yang akan dibawa pulang nantinya.
Rupanya, penyusunan strategi ini sudah dilakukan sejak malam. Tokoro menjelaskan, Ella atau berburu dalam Bahasa Indonesia ini sudah dilakukan oleh seluruh masyarakat adat Sentani sejak jaman nenek moyang dahulu.
Ella, pada jaman dahulu dilakukan untuk menghibur seorang Ondofolo (kepala suku besar) yang sedang dirundung duka. Baik itu Ondofolo di kampung sendiri ataupun yang berada di kampung tetangga.
“Jadi ini bukan hal yang baru. Ini sudah dilakukan jauh sebelum saya lahir dan ini sudah menjadi tradisi dan kebiasaan kami masyarakat (adat) yang ada di Danau Sentani. Ini untuk menghibur Ondofolo yang berduka. Kalau Ondofolo itu tinggal di kampung sebelah, kami akan mengantarkan hasil Ella ini kepada Ondofolo di kampung itu dengan hiburan lain seperti tari-tarian” jelasnya.
Selain untuk menghibur Ondofolo yang dirundung duka, Ella juga biasa dilaksanakan dalam perayaan atau pesta-pesta adat.
Untuk melestarikan Ella yang lahir di Danau Sentani pada generasi muda, Tokoro yang juga adalah tetua adat di Kampung Yoboi ini mengaku bahwa dirinya bersama Ondofolo lainnya selalu berusaha untuk mempertahankan dan mengajarkan hal ini pada generasi muda.
https://m.youtube.com/watch?v=h_XsIxFBHcM
Salah satunya adalah selalu berkomunikasi dengan Kepala Distrik Sentani, Budi Yoku sehingga Festival Ella yang pertama ini bisa dilaksanakan.
“Banyak yang kami lakukan untuk mempertahankan tradisi ini seperti yang tidak punya tombak kita usahakan untuk punya tombak dan lain sebagainya. Kalau di kampung lain memang sudah banyak yang berubah karena perkembangan jaman. Tapi di kampung Yoboi ini, Ella masih kami pertahankan. Selain itu kepala distrik kami ini selalu dekat dengan kami sehingga Fetival Ella Pertama ini bisa dilaksanakan disini” tandasnya.
Hutan Adalah Ibu Kandung
Tradisi Ella yang tengah dipertahankan di Kampung Yoboi ini, ternyata punya maksud dan tujuan lain yakni, untuk menjaga kelestarian hutan di pulau-pulau yang ada di Danau Sentani.
“Hutan adalah ibu kandung kita. Jadi kita juga harus menjaga hutan dengan cara tidak melakukan penebangan atau pembukaan lahan secara paksa, kalau itu dilakukan sudah pasti Ella yang kita lakukan ini akan percuma, karena hutan yang menyediakan kita hewan buruan itu sudah kita tebang dan hewan buruan seperti babi pasti akan sulit didapatkan lagi” tambah Tokoro.
Ditanyai soal mata tombak yang terlebih besar, Tokoro menyebutkan bahwa sebelumnya dalam pelaksanaan Ella, seluruh masyarakat adat Sentani hanya menggunakan tombak bermata kecil saja.
“Tidak ada alasan khusus untuk penggunaan mata tombak yang besar. Ini hanya karena perkembangan jaman saja, listrik sudah masuk ke kampung, besi mudah didapatkan jadi kami membuat tombak sendiri, kalau soal besar itu supaya hewan buruan bisa lebih cepat dilumpuhkan, itu saja tidak ada arti khusus. Beda kalau dulu, orang tua kami hanya pakai batu, kayu, bulu (bambu) yang ditajamkan jadi waktu berburu sudah di tombak dan dipanah hewan buruan masih bisa lari” pungkasnya.
TNI Siap Mempertahankan Ella
Sementara itu, Danramil Sentani, Mayor Inf. Jhon F. Dahar yang ditemui usai ikut bersama warga Kampung Yoboi ke dalam hutan mengatakan, Ella adalah salah satu budaya dari masyarakat adat Sentani yang hampir punah.
“Ini adalah budaya yang harus dipertahankan, saya memberikan apresiasi tertinggi kepada pak Distrik Sentani, Budi Yoku yang terus berkomunikasi dengan tua-tua adat disini dan menginisiasi Festival Ella ini, sehingga kami TNI juga bisa ikut bersama-sama masyarakat turun berburu disini” kata Danramil Sentani.
Lebih lanjut dikisahkan Mayor Jhon, sewaktu ikut berburu bersama masyarakat, ada beberapa prosedur yang terabaikan dalam Festival Ella pertama ini sehingga masyarakat pulang dengan tangan hampa.
“Tadi saya melihat, karena kita membawa generasi-gerasi muda ikut dalam Ella ini sehingga anak-anak muda yang ikut ini tidak begitu paham dengan semua prosedur yang harus dilakukan saat berburu ini. Jadi karena anak muda ini belum mengerti soal cara mengusir hewan buruan menuju penombak jadi kami pulang tanpa hasil” katanya sambil tersenyum.
“Tapi saya pikir dengan keikutsertaan anak-anak muda ini menjadi hal yang baik. Karena disini mereka bisa mempelajari suatu hal yang penting yaitu kebersamaan yang merupakan budaya di Kampung Yoboi” katanya.
Menurutnya, pelaksanaan Festival Ella ini adalah hal yang sangat luar biasa dan perlu dikembangkan dan dilaksanakan setiap tahunnya supaya generasi muda ini bisa tahu dan paham lagi soal prosedur yang harus dilakukan dalam Ella, karena ini adalah budaya peninggalan dari nenek moyang.
Profesional dalam Menombak
Untuk menombak hewan buruan juga tidak dilakukan dengan cara sembarangan, Mayor Jhon mengungkapkan, untuk menombak hewan buruan juga diperlukan keahlian khusus.
“Profesional dalam menombak juga sangat dibutuhkan. Tombak hewan buruan ini juga ada tekniknya, jadi tidak sembarang kalau hewan buruan ini dalam kondisi lari cara tombaknya bagaimana, kalau jalan caranya bagaimana dan kalau diampun juga ada caranya, jadi tidak sembarang” kata pria asal Sorong, Papua Barat ini.
Meski begitu, dirinya memaklumi hal tersebut karena Festival ini baru dikembangkan sehingga masih ada prosedur yang terlewati. Dirinya juga berharap agar dalam pelaksanaannya di tahun berikut para pemuda bisa lebih siap lagi.
“Setelah pelaksanaan hari ini kami berharap di tahun depan anak-anak muda ini lebih siap lagi, supaya tidak ada prosedur yang terlewati dan anak-muda juga perlu belajar teknik menombak hewan buruan agar pulang dengan hasil yang lebih baik dari hari ini, Babinsa juga siap untuk membantu mempertahankan tradisi ini” tutupnya.
Memupuk Rasa Kebersamaan
Kepala Distrik Sentani, Budi Yoku yang ditemui usai pelaksanaan Festival Ella mengatakan hal yang melatarbelakangi dirinya untuk menginisasi Festival Ella adalah budaya Papua yang semakin hari semakin tergerus perkembangan jaman.
“Hanya itu saja tidak lebih, kami hanya berupaya agar budaya dan tradisi yang ada ini bisa terus hidup dan diletarikan. Karena ini merupakan kearifan local dari masyarakat Sentani” katanya
Diungkapkannya Festival Ella ini akan rutin dilaksanakan setiap tahunnya nanti karena ada respon yang baik dari semua kampung yang berada di Distrik Sentani.
“Jadi Festival ini dilakukan setiap tahun dan disetiap kampung, jadi kalau tahun ini kita laksanakan di Yoboy nanti tahun depan kita pindah ke kampung lainnya. Ini tidak bisa dilakukan di satu kampung saja karena ada roh dan spirit yang berbeda antar satu kampung dan kampung lainnya” ungkap Budi.
Ditambahkannya, selain berburu, Festival Ella yang dilaksanakan ini juga membangkitkan jiwa dan semangat kegotongroyongan warga kampung.
“Karena di era sekarang ini kan nilai kegotongrongan itu sudah memudar. Jadi Festival Ella ini bagus untuk memupuk kembali rasa kebersamaan warga, sehingga dana ADD atau ADD yang masuk ke kampung bisa digunakan untuk kepentingan bersama, jadi kami coba masuk ke kampung melalui aspek budaya”pungkasnya. (Natalis Stefanus Ari)