JAYAPURA, REPORTASEPAPUA – Konvensi Nasional (Venas) XV 2024 digelar Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) Universitas Cenderawasih (Uncen).
Uncen sebagai tuan rumah menggandeng PT Freeport Indonesia (PTFI) menjadi sponsor utama dalam penyelenggaraan Venas AIHII XV 2024, Rabu (9/10/2024).
Venas digelar dengan berfokus pada kontestasi pendekatan keamanan tradisional dan non-tradisional di kawasan Indo-Pasifik.
Pada moment tersebut, terdapat 45 universitas di Indonesia hadir membahas isu-isu strategis Asia-Pasifik.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia, Agus Haryanto mengucap syukur dengan terselenggaranya kegiatan Venas XV tersebut.
74 peserta hadir dalam acara itu. Menurut Agus, pihaknya dan Uncen berkali-laki berencana menggelar kegiatan itu. Uncen saat itu bakal menjadi tuan rumah pada 2022.
“Akhir gagal karena diambil alih oleh Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan tahun ini barulah bisa menjadi tuan rumah,” kata Agus.
Kegiatan itu menjadi momentum yang tepat, membahas permasalahan internasional yang terjadi dan yang perlu mendapat perhatian masyarakat.
“Khususnya para dosen hubungan internasional se-Indonesia yang tergabung dalam naungan AIHII, ” katanya lagi.
Para dosen HI ini dalam kegiatan itu memaparkan terkait tulisan maupun isu internasional dari sisi akademik.
“Dalam Venas AIHII, menjadi ajang tukar pikiran antar akademisi yang selama ini telah melahirkan berbagai tulisan. Mereka bersilaturahmi secara langsung,” tambahya.
Rektor Universitas Cenderawasih Oscar Oswald O Wambrauw memuji pelaksanaan Venas XV di Kota Jayapura. Penyelengaraan ini, Dinilai menjadi kebanggaan tersendiri.
Dia berharap dari kegiatan ini para dosen dan guru besar hubungan internasional memperoleh berbagai ide, gagasan dan pengalaman guna memperkaya dunia akademik dan praktik dalam hubungan internasional di Indonesia di wilayah pasifik.
“kita dihadapkan berbagai tantangan global, isu perubahan iklim, perdamaian dan keamanan internasional, migrasi, ketimpangan ekonomi global serta revolusi digital maka perlu peran kita sebagai akademisi, praktisi dalam hubungan internasional untuk berkontribusi dan mencari solusi pada keberlanjutan penyelesaian isu tersebut,” ujarya.
Dalam acara itu, PTFI juga mendapatkan sesi dan mengiginkan adanya masukan dari para akademisi dan publik terkait beberapa hal, diantaranya mengenai hirilisasi hingga reklamasi.