MANOKWARI, Reportasepapua.com – Dalam rangka Hari Valentine atau disebut sebagai Hari Kasih Sayang, pada 14 Februari 2019. Klub Lions Jakarta Selatan Centennial Cenderawasi menggelar kunjungan kasih terhadap Tunawisma dan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), Kamis (14/02/2019).
Kegiatan kunjungan pelayanan kasih yang dilaksanakan di sekitar Kota Manokwari sekira pukul 11.00 WIT sampai dengan 13.00 WIT itu diikuti juga oleh Sahabat RR, Tim Nusantara (Timnus), Binsyowi, dan Forum Komunitas Waria.
dr. Rosaline Irene Rumaseuw, Presiden Klub Lions Jakarta Selatan Centennial Cenderawasih mengatakan, ini adalah bagian pelayanan kasih kepada sesama manusia atau terlebih khusus terhadap orang yang mengalami sakit jiwa.
“Saya selama di Manokwari ini, saya melihat ternyata banyak juga diantaranya di kompleks fanindi, pasar sanggeng, dan dibeberapa tempat lainnya. Itu sangat menyedihkan, karena mereka itu masih bisa disebuhkan,”ujar Rosaline Irene Rumaseuw kepada wartawan, usai melakukan kegiatan, Kamis (14/02/2019).
Maka dengan adanya hari kasih sayang ini dirinya mengajak timnya yang di Manokwari untuk berkolaborasi membagi kasih sayang kepada mereka atau orang-orang yang mengalami sakit jiwa dan ODHA.
“Kalau kasih antara orang normal itu sudah biasa, karena saya juga dokter sehingga saya punya peduli. Itu saya punya orang-orang dan saya tidak bisa membiarkan itu dan pemandanagan itu sangat tidak baik, karena itu akan menjadi tontonan orang,”ucap Rumaseuw.
Padahal, terang dia, orang-orang yang mengalami sakit jiwa maupun odha adalah keluarga, sehingga dirinya menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Berikutnya, tim pelayanan juga mendatangi para pengidap penyakit HIV/AIDS untuk memberikan sumbangan berupa makanan bergizi dan memberika edukasi serta penguatan kepada para pengidap HIV/AIDS.
“Saya dulu menangani orang yang mengalami penyakit AIV/AIDS pada saat bertugas di Provinsi Papua. Kenapa ada stigma kepada mereka , akhirnya mereka dihindari, dan saya melihat stigma ini kurang bagus. Justru kita harus mengayongi dan melindungi mereka,”sebutnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, yang perlu menjadi catatan penting adalah semua orang itu mengantri untuk mati. Maka jangan terlalu menjastifikasi mereka bahwa karena mereka-mereka ini adalah odha yang tinggal menunggu waktu meninggal dunia.
“Ada pengalaman saya menangani 32 orang Odha yang sudah di fonis oleh medis itu mendiaknasa bahwa kemungkinan para Odha akan hidup 2 tahun. Tapi ternyata tidak, mereka masih hidup sampai sekarang,”sebutnya.
Kenepa demikian, kata Rumaseuw, hal itu terjadi karena ada penguatan dari perawat, keluarga, maupun kerabat.
“Sehingga saya selaku seorang dokter, mengajak tim agar memberikan bantuan selain makanan bergizi. Tapi juga pakaian berupa baju dan kami langsung kasi pakai mereka,”tutupnya. [ONE]