JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Menurut pengamatan Anda selama ini, kebutuhan rakyat Papua yang paling utama untuk diperjuangkan di Senayan oleh DPR RI itu apa?
Infrastruktur. Pemerintah harus fokus menyelesaikan infrastruktur yang menjadi urat nadi utama. Kebutuhan pembangunan lain tetap penting, tetapi infrastruktur kita taruh di depan. Dengan infrastruktur jalan misalnya, titik-titik simpul di semua wilayah ini terhubung. Misalnya Jayapura-Wamena yang sudah tembus sekarang ini. Bagaimana jalan Jayapura-Wamena itu kelak bisa diaspal, kalau dalam periode ini kita tidak mampu paling lama periode depan harus kita selesaikan supaya jangan tertinggal lagi seperti yang ditinggalkan oleh Rezim Orde Baru. Konektivitas antardaerah juga kita fokuskan di wilayah Selatan yakni Merauke-Bovendigoel yang hingga kini masih sangat parah. Selain itu, juga infrastruktur jalan yang menghubungkan di wilayah Pegunungan Tengah dari Puncak Jaya ke Puncak dan dari Puncak ke Enarotali. Tinggal sedikit lagi dari Nabire sampai ke Paniai.
Mengapa infrastruktur ini penting? Tanpa mengabaikan kebutuhan yang lain maka kalau semua infrastruktur ini bisa terhubung, kita berharap dialah yang akan menjadi daya dorong, daya angkat, daya ungkit untuk kebutuhan pembangunan yang lain. Karena kita mau bangun bidang kesehatan perlu ada mobilitas peralatan di bidang kesehatan, mobilitas manusianya apakah itu dokter, pegawai, dan lain-lain. Juga bidang pendidikan. Bagaimana kita mau bangun pendidikan kalau infrastruktur kita tidak terhubung? Nah, sekali lagi untuk itu bisa terwujud maka semua yang akan terpilih ke Senayan harus kompak memperjuangkan ini.
Tetapi keamanan selalu menjadi persoalan pembangunan di Papua kan?
Nah, ini paradigma keliru yang membuat Papua tidak maju. Yang membuat tidak aman itu kita sendiri. Buktinya? Provinsi Papua yang dulu induknya hanya 9 kabupaten, setelah kita mekarkan Kabupaten Puncak Jaya, daerah itu jadi hidup. Demikian pun Lanny Jaya, Mamberamo, Tolikara dan Nduga dan lain-lain. Semua akses geografi dibuka dan pembangunan berjalan bagus. Faktanya hari ini kita sudah bisa membangun. Walaupun, belum sepenuhnya memenuhi harapan dan kebutuhan seluruh masyarakat Papua. Semua kabupaten ini menjadi rumah tinggal bagi seluruh orang Indonesia. Semua hidup damai berdampingan untuk membangun daerah.
Saya akan hentikan paradigma keliru ini. Saya dengan suara saya berjuang di Senayan agar Pemerintah Pusat tidak menjadikan paradigma keamanan yang keliru untuk tidak membangun di Papua. Semua orang yang ada di Papua, hidup damai dan tentram. Yang bikin kacau itu kita sendiri. Bagaimana kita tidak kacau, ya mari kita duduk sama-sama, saling menghargai dan menghormati. Yang harus terus dilakukan adalah giat terus memperluas pembangunan itu dengan selalu mengajak dan melibatkan rakyat Papua. Kuncinya ada di situ. Papua aman kok.
Soal lain adalah kebijakan satu harga dari Presiden Jokowi seperti BBM yang dalam perjalanan belum terealisasi di Papua. Apa pendapat Anda?
Masalah ini kompleks, penyebabnya banyak! Semua orang harus merasa bahwa dia harus memiliki hati yang tulus untuk membangun Papua. Selama dia hanya memikirkan untung rugi, kebijakan itu tak akan tercapai. Jika ada pihak yang ikhlas atau tulus membangun Papua, dia harus membangun Papua dengan gaya misionaris. Kita ingin orang yang hidup di Papua, gaya membangun Papua adalah bergaya misionaris.
Presiden boleh datang menetapkan satu harga, tetapi karena orang-orang yang berkiprah di situ hanya bicara untung, tentu akan kembal lagi. Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan finansial tidak cukup untuk membangun Papua. Butuh perasaan, hati, dan pikiran yang tulus dan ikhlas membangun Papua agar negeri ini maju. Itu yang telah dilakukan para misionaris yang meletakan peradaban bagi Papua. Kita butuh jiwa-jiwa misionaris untuk membangun Papua.
Artinya, ada benang merah antara paradigma keamanan, infrastruktur, dan tingkat kemahalan dengan Pendapatan Asli Daerah yang sangat kecil di Papua?
Ya itu! Penyebabnya ya pada paradigma keamanan dan tingkat kemahalan. Tingkat kemahalan terjadi karena belum meratanya pembangunan infrastruktur yang tidak terkoneksi antardaerah yang membuat belum banyak investor yang masuk berinvestasi di daerah-daerah. Di sisi lain, paradigma keamanan yang keliru memicu rasa takut para investor. Kita mendengar Gubernur Lukas Enembe bercerita sepulangnya dari kunjugannya tahun lalu bahwa investor Cina banyak berinvestasi di PNG. Kenapa? Ya karena investornya merasa aman di PNG. Jadi yang paling utama adalah infrastruktur sebagai obat untuk menekan harga. Infrastruktur harus diutamakan akan membangun konektivitas antardaerah, memacu pertumbuhan ekonomi, dan geliat mobilitas orang dan barang.
Akhir-akhir ini, ada wacana pemekaran Provinsi di Papua, baik Provinsi Tabi, Papua Tengah dan Papua Selatan. Apa itu menjadi bagian perjuangan kelak di Senayan?
Jika pemekaran provinsi itu menjadi kebutuhan rakyat, ya kita dukung karena itu baik bagi Papua ke depan. Yang penting 10 anggota DPR RI harus kompak untuk sama-sama mendukung aspirasi itu. Selama ini yang terjadi, aspirasi ini gagal karena yang satu berjuang untuk jadi dan yang lain berusaha menjegalnya agar tidak jadi. Otsus Plus juga begitu. Yang lain berjuang untuk jadi, yang lain berjuang untuk tidak jadi. Intinya, jika pemekaran itu memang benar-benar aspirasi yang menguat dari rakyat Papua maka 10 anggota DPR RI harus kompak memperjuangkan itu.
Soal penyelenggaraan PON XX yang tinggal setahun lagi di Papua, apakah Anda optimis bisa sukses terlaksana?
Semua lagi bekerja menuju itu. Saya juga menjadi bagian dari Pengurus Besar PON XX Papua. Saya hanya berharap, semua pihak kompak dan proaktif untuk menyiapkan segala sesuatu dengan baik, mulai dari pemerintah sebagai pionir dengan melibatkan masyarakat dan swasta. Pak Gubernur sudah berhasil memperjuangkan Papua menjadi tuan rumah. Karena itu, tanggung jawab semua pihak, terutama para aparatur di bawahnya untuk proaktif bekerja menuntaskan pekerjaan besar ini, baik merampungkan infrastruktur venue pendukung maupun menyiapkan atlit guna meraih prestasi.
Apa Pesan Anda Bagi Warga jelang pemungutan suara 17 April ini?
Saya bukan siapa-siapa di atas tanah ini. Saya hanya bagian terkecil dari anak negeri ini. Oleh karena itu, saya hanya bisa memohon dan meminta dukungan suara dan doa dari seluruh rakyat Papua kepada saya. Kalau rakyat Papua berkenan memberikan suaranya kepada saya, saya berterima kasih banyak. Kalau pun mereka tidak atau belum berkenan memberikan suaranya, juga tidak apa-apa.
Karena saya sadar benar dan tahu bahwa suara yang ada di Papua ini adalah suara yang bernyawa. Suara itu harus direstui oleh tanah, alam dan negeri Papua ini dan terutama oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Orang Papua selalu kasih suara dengan keikhlasan dan ketulusan hati mereka. Rakyat Papua memberi suara itu dengan doa. Dengan kesadaran seperti ini, tugas saya hanya meminta dukungan saja, sehingga jika suara itu nanti datang dan saya bisa masuk ke Senayan, maka saya siap memikul tanggung jawab menjadi orang yang bermakna bagi tanah ini. (ANTO/ Habis).