JAYAPURA,REPORTASEPAPUA.COM – Usai Pemilu ini Pemerintah Provinsi Papua melalui Biro Otonomi Khusus Papua Berencana Akan Merekrut siswa berprestasi khusus Orang Asli Papua ( OAP ).
Asisten 1 Bidang Pemerintahan Papua, Doren Wakerkwa mengatakan seleksi penerimaan siswa unggul akan dilakukan di Jayapura, denga melibatkan pihak akademisi dan universitas Jakarta.
“Mekanismenya sudah kami bahas bersama Biro Otsus dan Dinas Pendidikan. Setiap siswa yang mau mengikuti seleksi akan dibina secara khusus sebelum dikirim ke luar negeri maupun dalam negeri,” kata Wakerkwa, di Jayapura, Kamis (18/4/2019).
Soal kuota nanti akan disesuaikan dengan dana yang ada, hanya saja lima wilayah adat wajib mengirim anak-anaknya, baik yang lulusan 2018 maupun tahun ini.
“Kuotanya sendiri kami belum ada, akan tetapi kami akan bagi secara lima wilayah adat,” ujarnya.
Menanggapi itu, Doren Wakerkwa mengimbau kepada seluruh kepala daerah di 29 kabupaten/kota untuk menyampaikan ke setiap kepala sekolah SMA/SMK untuk mempersiapkan siswa yang ingin mengikuti seleksi siswa unggul.
“Silahkan kirim putra putri terbaik Papua untuk mengikuti seleksi siswa unggul. Intinya, pemrintah kabupaten/kota harus mendukung penuh program ini,” katanya.
Menyinggung soal beberapa persoalan yang kerap dialami anak-anak Papua yang bersekolah di luar maupun dalam negeri, Ia menekankan, pemerintah provinsi sudah belajar dari kesalahan sebelumnya. Untuk itu, mulai tahun ini akan ada langkah-langkah lain yang diambil, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Melalui seleksi ini ada pembinaan khusus, mulai dari sisi karakter, kemampuan bahasa, akademi dan pembinaan lainnya. Setelah itu kami akan distribusikan ke dalam maupun luar negeri,” ucapnya.
“Kami juga akan melakukan penandatanganan perjanjian bagi setiap siswa yang dinyatakan lulus, agar mereka bisa serius belajar dan lulus tepat waktu. Intinya, kalau gagal bantuan akan kita hentikan smentara,” sambungnya.
Ditempat yang sama. Kepala Biro Otonomi Khusus Papua Aryoko Rumaropen menjelaskan, 29 April akan dimulai dengan sosialisasi, pembentukan panitia dan tahapan seleksi hingga 17 Juni 2019.
“Akhir dari pelaksanaan itu ada sejumlah siswa yang masuk dalam proses pembinaan. Pembinaan itu akan memakan waktu 6 bulan sampai dengan 1 tahun,” kata Rumaropen.
Mengenai universitas mana saja, ia menyebut, ada 17 negara yang akan jadi sasaran, diantaranya Amerika, Inggris, Australia dan Indonesia.
“Jenjagnya ada S1, S2 dan S3, baik program teknik, bisnis, manajemen, energi terbarukan, pertambangan dan beberpa jurusan lainnya,” ujarnya.
Mengenai anggaran, kata ia, dalam dua tahun sampai saat ini tidak ada masalah. Namun, bagi siswa Papua yang tidak bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu maka akan dipulangkan, karena masih banyak anak-anak Papua yang ingin merasaman program ini.
“Angrannya kami akan hitung sesuai dengan permintaan masing-masing universitas dan negara. Tapi yang jelas, pembiayaannya ini akan mencukupi bagi 1100 siswa yang ada saat ini,” katanya. (berti)