ARV Gagal Tender, ODHA Bakal Merana

Ilustrasi kepedulian terhadap HIV/AIDS. Getty Images/iStockphoto.
banner 120x600

JAYAPURA, Reportasepapua.com – Antiretroviral (ARV) obat yang biasa dikonsumsi oleh Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) gagal tender oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dengan gagalnya tender terhadap obat tersebut bisa dipastikan bahwa ODHA bakal merana karena tidak ada lagi obat yang dapat dikonsumsi untuk memperkuat daya tahan tubuhnya.

Oleh sebab itu, Ketua Umum Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua, Lukas Enembe meminta Ketua Harian KPA Provinsi Papua, Yan Matuan segera mencari alternatif selain ARV  untuk pengidap HIV-AIDS.

“ARV gagal tender oleh Pemerintah Republik Indonesia. Jadi, saya harapkan seluruh pengurus KPA yang baru ini bisa mencari alternatif obat lain,” pinta Enembe dalam sambutannya pada ibadah raya Relawan HIV-AIDS Provinsi Papua di Taman Budaya Expo, Waena, Kota Jayapura, Papua, Jumat (15/02/2019) lalu.

Diungkapkan Enembe yang juga Gubernur Papua ini, jika KPA tidak bisa menemukan obat alternatif lain, maka nanti orang asli Papua hanya akan menjadi kenangan di masa mendatang.

“Harus ada upaya. Kita tidak boleh menyangkal negeri kita ini untuk orang lain, karena sekarang orang luar datang ke sini untuk menguasai tanah dan seluruh potensi yang ada di Papua,” tambah Enembe.

Menurut Gubernur, masuknya orang luar ke Papua merupakan awal dari pembunuhan dan pemusnahan orang Papua. “Contohnya seperti narkoba, ini kan dibawa sama orang luar, bukan ada dan tumbuh di sini. Miras juga ini asalnya kan dari luar, bukan dari sini, makanya itu penyakit sosial harus dimusnahkan,” tandasnya.

Oleh sebab itu, dia mengatakan sudah saatnya mencari alternatif obat lain selain ARV untuk menyelamatkan generasi Papua. “Kita harus sepakat untuk tetap menjaga kondisi yang baik sekarang. Jangan seks bebas, karena ini sangat membahayakan. Kalau memang harus berhubungan seks dengan orang lain, harus pakai kondom, karena obat untuk penyakit ini belum ada,” sebut Enembe.

Dirinya berharap semua pihak ikut meminimalisir penularan HIV-AIDS dengan melakukan sirkumsisi (sunat). Menurut Gubernur, sunat itu sangat baik untuk kesehatan. “Anak-anak harus disunat. Anak saya saja semua disunat. Sunat ini baik untuk meminimalisir penularan penyakit seksual,” tutup Enembe.

Dilansir Tirto.id, gagalnya tender ARV lantaran PT Kimia Farma tidak menyetujui harga yang ditawarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Proses lelang terbatas dengan peserta, PT Kimia Farma dan PT Indofarma Global Medika lantas dilakukan, tetapi belum menghasilkan pemenang.

Tersendatnya proses tender tersebut mengakibatkan ARV Fixed Dose Combination jenis TLE menjadi semakin susah ditemukan di sejumlah kota di Indonesia. (yurie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *