Ada Penolakan Pasien, Pihak Rumah Sakit Dok II Minta Maaf

banner 120x600

JAYAPURA, Reportasepapua.com – Direktur RSUD Jayapura drg. Aloysius Giyai, M.Kes menegaskan pihaknya sama sekali tidak menolak pasien sebagaimana sorotan warga di Papua atas kematian salah seorang korban kecelakaan di Jayapura pada Selasa (22/06/2020), kemarin.

Warga di sejumlah media sosial menyoroti 5 rumah sakit, termasuk RSUD Jayapura yang menolak pasien bernama Alm. Hanafi Rettob, yang mengalami kecelakaan tunggal di depan Bank Indonesia Jayapura. Selain RSUD Jayapura, terdapat 4 rumah sakit lain yang disebut menolak pasien tersebut yakni RS Provita Jayapura, RS Marthen Indey, dan RS Bhayangkara. Korban baru bisa diterima di RS Dian Harapan Waena, namun tak lama sesudah itu dinyatakan meninggal dunia.

“Saya sudah mendengar hal itu. Saya perlu jelaskan bahwa kami bukan menolak pasien, tapi kami minta dirujuk ke rumah sakit lain. Alasannya karena ruangan Orthopedi yang terkait kecelakaan ini, sedang kami tutup sejak beberapa hari lalu. Ada perawatnya yang terpapar, semua petugasnya sedang kami isolasi semua. Jadi ruangan itu sedang kami sterilkan dengan disinfektan, baru kami buka,” kata Aloysius Giyai, Rabu (23/06/2020)

Oleh karena itu, atas nama direksi dan semua petugas medis, memohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban. Namun ia menegaskan, tidak ada unsur kesengajaan dari petugas medis dalam insiden ini.

“Jadi bukan ditolak tapi kami sarankan ke rumah sakit lain. Tetapi kemarin saya sudah kumpulkan semua unit layanan bahwa ke depan, apapun kondisinya, tidak boleh ada penolakan pasien. Harus ditangani dulu. Ini jadi evaluasi bagi kami, semoga ada perbaikan ke depan,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Papua ini.

Aloysius tidak menampik bahwa dampak dari penanganan pasien Covid membuat pelayanan bagi pasien lain agak kurang cepat. Apalagi para petugas medis sebagian ada yang sudah terpapar. Sementara tuntutan dari mereka harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang seragam.

Namun karena Covid ini adalah wabah, maka ia meminta seluruh petugas medis di seluruh unit layanan untuk tidak menolak pasien yang dalam kondisi emergency. Pelayanan harus dilakukan, kendati APD terbatas karena hal ini sudah menjadi sumpah profesi sebagai tenaga medis.

“Dari pertemuan kemarin, saya sudah minta semua ruangan itu dibuka. Memang ada ruangan yang ditutup karena ada perawat dan dokter yang positif Covid, ada yang reaktif yang sedang tunggu hasil pemeriksaan swab dari Litbangkes. Karena itu mereka takut buka, takut terpapar. Kami sudah tegaskan kemarin, kepala ruangan apapun keadaannya, harus dicari solusi agar tetap dibuka dan harus sesuai dengan petunjuk dari pimpinan,” katanya. (Berti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *