JAYAPURA,REPORTASEPAPUA.COM – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aloysius Giyai mengungkapkan jumlah kasus HIV/AIDS di Papua per 30 September 2018 meningkat menjadi 38.874 orang.
Dari jumlah tersebut, Nabire menjadi daerah paling tinggi dengan angka mencapai 7.240 orang.
Sementara Kota Jayapura menduduki ‘peringkat’ ke dua dengan jumlah kasus 6.189 orang.
“Sebabnya banyak atau multi sektor jadi peranannya juga harus multi sektor,” ujar Aloysius, Jumat (30/11).
Disampaikan peningkatan jumlah kasus yang ada karena pihak Dinkes mampu menggalakkan promosi kesehatan kepada masyarakat Papua untuk melakukan tes sukarela.
“Ini juga disebabkan karena jejaring dan pelayanan di Kabupaten – Kabupaten belum maksimal hingga ke pelosok, jadi masih terus menyebar,” jelasnya.
Tingginya kasus tersebut di Nabire dan kota lainnya termasuk Kota Jayapura, selain faktor heteroseks ada juga faktor lainnya yang juga berperan, salah satunya minuman keras.
“Contohnya ada daerah penambangan liar yang barter emas dengan PSK, termasuk tingginya penikmat miras, aibon dan seks bebas di komunitas anak-anak aibon dengan barter seks,” tambahnya.
Dari berbagai persoalan tersebut Aloysius meminta semua pihak ikut terlibat.
“Iya, bukan hanya Dinkes tapi peranan Dinas Sosial, Dinas Tenaga kerja dan keterlibatan peranan tokoh agama serta kepedulian orang tua, karena kami Dinkes sudah maksimal melakukan berbagai upaya, sinergi semua pihak sangat dibutuhkan,” ujarnya lagi.
Dari 29 Kabupaten/Kota Se Papua Hanya 9 Kabupaten Yang Punya KPA
Sementara, Aloysius juga menyebutkan dari jumlah kabupaten/kota yang ada di Papua baru 9 kabupaten yang memiliki Komisi Penanggulanangan Aids (KPA).
“Parahnya lagi hanya 5 kabupaten/kota di Papua yang aktif KPA nya, sedangkan kabupaten lainnya belum jalan, bagaimana bisa berjalan maksimal,?” tanyanya.
Namun ia tetap akui ada pendampingan dari Usaid dan Unicef walaupun sifatnya lebih pada pelatihan, namun sampai ke kampung – kampung.
Ia meminta perlu perenungan bersama dari berbagai pihak agar di 2019 ada rasa memiliki masalah HIV/AIDS ini.
Pihaknya juga menyampaikan kasus HIV/AIDS sebenarnya jika dilihat dari data klinis di Papua dari tahun ke tahun mulai berkurang (kasus baru – Red).
Dicontohkan, jika dilihat berdasarkan data klinis dari 2013 hingga Oktober 2018 ada penurunan hingga 4-5 persen untuk kasus baru.
Dari data yang disampaikan, Orang Asli Papua (OAP) juga menjadi paling banyak yang menderita HIV/AIDS. (Faisal N)